Wednesday, October 31, 2012

:: Perut Gatal Saat Hamil, Ini solusinya...:)

Rasa gatal saat hamil kebanyakan dialami oleh bumil. Penyebab rasa gatal ini karena adanya perubahan hormon dan peregangan kulit karena jaringan kulit semakin membesar seiring dengan membesarnya perut saat hamil. Meski rasa gatal ini tidak membahayakan tetapi bisa membuat bumil nggak nyaman. 

Sekitar 75% hingga 90% bumil akan mengalami stretch mark peregangan kulit selama kehamilan. Dampaknya kamu sering kali merasakan rasa gatal dan kesemutan. Sayangnya kebanyakan dari bumil tidak dapat menahan rasa gatal ini padahal rasa gatal tersebut normal dan wajar saja kok. Toh setelah persalinan nanti stretch mark dan rasa gatal akan menghilang sendirinya. Tapi banyak dari kamu tidak tahan dan mulai menggaruk-garuk kulit yang terasa gatal. Akibat mengaruk kulit akan meninggalkan bekas luka atau noda menghitam yang membuat penampilan perut tidak lagi elok dipandang.
Banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk membuat kulit di bagian perut tetap mulus meski rasa gatal  menyerang. Kuncinya adalah menahan rasa gatal dengan tidak menggaruk pakai tangan apalagi bila kukumu tajam dan panjang. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan  saat rasa gatal menyerang.

photo 2

Olesi Minyak Kelapa
Minyak kelapa ternyata bisa menjadi obat tradisional untuk mengurangi rasa gatal saat kehamilan. Banyak bumil yang percaya dan sudah membuktikan bahwa dengan mengolesi bagian perut yang gatal dengan minyak kelapa akan melembutkan bagian perut sehingga rasa gatal berkurang. Karena minyak kelapa mengandung vitamin E yang baik untuk kesehatan kulit yaitu melembutkan dan mencerahkan.

Khasiat Lidah Buaya
Sejak dulu lidah buaya banyak dipakai untuk perawatan kecantikan khususnya kulit dan rambut. Ternyata lidah buaya bisa kamu pakai untuk mencegah rasa gatal saat hamil. Jadi saat perut terasa gatal kamu bisa mengolesi perut dengan lidah buaya daripada menggaruk. Lidah buaya juga dipercaya bisa menghilangkan stretch mark dan setelah melahirkan perut kamu akan kembali mulus dan halus.

Krim
Kalau kamu tidak mau repot dengan ramuan tradisional, krim yang mengandung vitamin E sangat baik untuk menjaga kulit dari bekas stretch mark. Krim juga bisa dipakai untuk mengurangi rasa gatal. Kamu bisa mengolesi perut dengan krim atau baby oli dengan cara memijat perlahan agar rasa gatal untuk mengurangi rasa gatal. Anggap saja pijatan yang kamu lakukan sebagai trik agar kamu tidak menggaruk-garuk kulit perut yang gatal. Krim juga bisa melembabkan kulit meski begitu krim tidak menjamin bekas stretch mark akan hilang loh!


photo 1

Olive Oil
Kamu juga bisa memilih olive oil sebagai pereda rasa gatal di perut. Karena kandungan olive oil dipercaya bisa melembabkan kulit dan menghaluskan kulit. Cukup oleskan sedikit olive oil merata kebagian perut yang terkena stretch mark. Lakukan setelah mandi dan kamu akan merasakan khasiatnya.

Sisir
Percaya tidak orangtua sering menganjurkan kalau kamu tidak bisa menahan rasa gatal di perut saat hamil, kamu boleh menggaruknya asal menggunakan sisir. Pilihlah sisir yang tumpul dan mulailah kamu gesekan perlahan diperut akan membuat kamu nyaman karena rasa gatal yang kamu rasakan bisa mereda. Tapi disarankan untuk tidak menggaruk perut dengan sisir secara kontak langsung. Menggaruk dengan sisir sebaiknya dilakukan dengan memakai baju atau kain. Dikhawatirkan saat kamu menggesekkan sisir diperut dengan semangat dan bisa melukai kulit perut.

Hindari Pakaian Ketat
Bumil biasanya nggak tahan dengan udara yang panas. Kamu akan mudah berkeringat karena peningkatan hormon saat hamil. Keringat ini akan membuat kamu merasa lembab diseluruh tubuh termasuk bagian perut. Ini bisa menjadi penyebab rasa gatal yang kamu rasakan. Karena itu disarankan untuk bumil memakai pakaian yang nyaman dan jangan terlalu ketat agar kamu tetap merasa kering dan menimbulkan keringat berlebihan karena udara yang panas.

http://family.fimela.com/read/2012/10/31/perut-gatal-saat-hamil-ini-solusinya?page=0,1#.UJD1V2dP8wQ

:: Perhatikan benjolan pada Payudara ::

Memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada payudara merupakan tindakan awal mencegah ancaman kanker.

Perhatikan dengan cermat perubahan yang terjadi pada payudara Anda. Semakin dini pengecekan, maka risiko kanker payudara semakin bisa diminimalisirkan.

Benjolan lembut

Benjolan saat disentuh terasa lembut halus, berbentuk bulat (seperti buah anggur) yang mudah bergeser sedikit ketika Anda menekan di atasnya. Bentuknya bisa besar atau kecil dan menimbulkan rasa sakit ketika disentuh. Waspadai itu gejala kista sederhana atau kantong berisi cairan alami.


Perubahan hormon sekitar masa menstruasi bisa menjadi penyebabnya. Sekitar 30 persen wanita berusia 30-50 tahun mengalaminya. Lakukan USG untuk melihat apakah benjolan tersebut berisi cairan atau padat (kemungkinan kanker).

Cairan

Hati-hati bila keluar cairan lewat kedua puting susu padahal tidak sedang menyusui atau hamil. Biasanya, masalah di kelenjar tiroid atau hipofisi menjadi penyebab. Namun, waspadai bila cairan disertai darah (mungkin kanker) atau cairan dengan warna kekuningan atau kehijauan (infeksi).

Benjolan keras

Bila Anda menemukan sebuah benjolan keras dan padat dengan bentuk tidak teratur atau bergerigi dan saat ditekan, benjolan tidak bergerak, mungkin itu kanker atau tumor. Penyebabnya tidak diketahui, namun riwayat kesehatan keluarga menjadi faktor risiko utama. Tak ada cara lain selain segera temui dokter dan lakukan mammogram.

Benjolan licin dan mudah digerakkan

Bila menemukan benjolan keras, bulat dan bisa bergeser saat disentuh tanpa menimbulkan rasa sakit, mungkin Anda mengalami Fibroadenoma. Tumor jinak ini biasa diderita perempuan muda usia 20 tahunan akibat perubahan tingkat hormon. Segera temui dokter untuk mammogram. Jika tumor sudah besar, harus dilakukan operasi pengangkatan.


sumber  http://id.she.yahoo.com/bedakan-benjolan-di-payudara-003000152.html

Thursday, October 25, 2012

*mengungkapkan kemarahan, menjaga kemesraan*

oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Suatu saat seorang suami datang kepada saya. Belum saya persilakan masuk, laki‐laki muda ini segera duduk dan berbicara panjang lebar, bahkan sebelum memperkenalkan diri dan bertanya apakah saya punya waktu saat itu. Ia terus saja berbicara. Ketika hand‐phone saya berdering dan kemudian saya berbicara dengan penelpon, lelaki ini tetap saja bercerita dengan meluap‐luap. Tak terkendali ia bicara. Saya ke dapur mengambilkan minum untuknya, ia tetap berbicara sendirian. Akhirnya, saya berkesimpulan tamu saya kali ini pastilah mempunyai beban emosi yang sangat berat. Begitu beratnya sehingga ia sudah kehilangan kendali. Ia tak lagi membutuhkan pendengar yang mau mengerti perkataannya. Ia hanya butuh kesempatan untuk menumpahkan isi hati dan kekesalannya dengan tuntas.

Pertemuan pertama hampir tak ada yang bisa digali, kecuali bahwa ia mempunyai konflik berat dengan istrinya. Meski waktu masih memungkinkan untuk berbincang panjang dengannya, tetapi saya melihat bukan saat yang tepat. Baru saja ia menumpahkan secara meluap‐luap beban emosinya. Ibarat komputer, sistemnya perlu direstart dulu agar bisa melihat masalah sendiri dengan baik. Kali ini, yang paling penting ia bisa menata kembali pikirannya, menyusun kembali kemarahan, kekecewaan, kesedihan dan juga kerapuhan jiwanya dengan baik. Bahasa komputernya, kesempatan pertama lebih banyak saya manfaatkan untuk memberi kesempatan kepadanya melakukan defragmentasi pikiran‐pikiran dan emosinya sehingga ia bisa menempatkannya secara lebih teratur.

Pertemuan berikutnya, saudara kita ini sudah bisa menceritakan secara lebih jelas masalah apa yang ia hadapi. Meski masih melompat‐lompat dan banyak yang berulang‐ulang, saya mulai bisa menangkap akar masalahnya. Pada pertemuan berikutnya lagi, mulailah kelihatan penyebab konflik rumah‐tangganya yang berlarut‐larut. Di antara penyebab utama per­tikaian yang menimbulkan kekerasan fisik satu sama lain–istrinya sering bertindak sangat kasar sampai melukai suaminya—adalah kegagalan komunikasi (communication breakdown). Kedua‐duanya keras, mudah tersinggung sekaligus mudah terbakar emosinya menjadi peri­laku yang membahayakan.

Sebenarnya, tidak masalah suami‐istri sama‐sama memiliki sifat mudah tersinggung, keras dan mudah marah, sejauh keduanya saling menyadari tentang sifat buruk mereka.Berawal dari saling menyadarii ni, mereka belajar untuk saling mengenali penanda‐penanda emosi dari kedua belah pihak. Istri saya misalnya, tahu saya sedang marah, bad mood (suasana hati sedang negatif) atau pikiran sedang tegang dari rambut saya. Diam‐diam ia rupanya menandai bahwa setiap kali satu dari tiga situasi buruk itu muncul, rambut di ubun‐ubun saya berdiri. Alhasil begitu melihat penanda emosi itu muncul, istri saya segera mengambil langkah yang perlu. Misalnya bertanya apa yang sedang saya alami atau sejenak mengajak anak­-anak agar tidak gaduh.

Dari sejarah kita belajar, kisah romantis antara Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam dengan istri beliau, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tak lepas dari kepekaan Rasulullahsaw. Mengenal penanda suka dan marahnya hati ‘Aisyah.

Diriwayatkan dari‘ Aisyah, ia berkata, “Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, ‘Sungguh aku dapat mengetahui kapan engkau sedang suka padaku dan bila engkau lagi marah.”

‘Aisyah bertanya, “Darimana engkau tahu?”

Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bila engkau sedang suka padaku, engkau berkata, “Demi Tuhannya Muhammad.” Dan apabila engkau sedang marah padaku, engkau berkata, “Sungguh, demi Tuhannya Ibrahim.”

‘Aisyah berkata, “Demi Allah, memang benar ya Rasulullah, yang tidak kusebut hanyalah namamu.”(HR. Bukhari & Muslim).

Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Kepekaan untuk mengenali penanda emosi istri. Berpijak dari mengenali penanda ini, kita bisa menentukan sikap dengan lebih tepat dan menahan diri dari perilaku yang bisa memperkeruh. Jadi, bukan justru menyulut emosi. Inilah yang sering saya sebut sebagai kedewasaan emosi; kemampuan untuk mengenali, mema­hami dan menerima dengan baik.

Selanjutnya, mereka bisa belajar untuk saling mengkomunikasikan emosi negatifnya dengan cara positif. Tidak saling marah, tidak saling memojokkan dan tidak saling menyakiti. Emosi negatif bisa berupa rasa kesal, marah maupun rasa tidak suka. Semuanya ini bisa mengganggu hubungan suami dan istri. Jika dibiarkan, komunikasi antar kita akan sangat rentan salah paham dan pertikaian. Tetapi emosi negatif itu bisa diungkapkan dengan cara yang nyaman. Kita mengungkapkan perasaan yang sedang kita alami. Bukan meluapkannya.

Kita bisa mengatakan,“Maaf, saya lagi marah. Emosi saya lagi negatif.”

Atau kita bisa berterus‐terang, “Mas, saya lagi tersinggung. Maafkan saya, ya… sua­sana hati saya sedang buruk.”

Jika situasinya memungkinkan, suami‐istrinya bisa mengungkapkan emosi negatifnya dengan setuntas‐tuntasnya. Ia bicara secara terbuka sekaligus dengan hati‐hati apa saja yang membuat kita marah atau sakit hati. Tetapi kita harus menahan diri untuk tidak menyalahkan. Kita harus ingat bahwa semarah apapun kita, komunikasi suami‐istri bertujuan untuk mencapai titik temu terbaik; titik temu yang saling memberi kelegaan, perasaan dihargai dan didengar.

Sampai di sini, kita masih perlu menahan diri untuk tidak terburu‐buru mencari jalan keluar atas masalah yang sedang menyelimuti. Ada kecenderungan, dalam situasi seperti ini kita masih belum bisa berpikir secara jernih. Sebaliknya, kita cenderung masih ingin saling memenangkan pendapat dan bahkan saling memojokkan. Kalau kita sendiri masih belum bisa berpikir jernih, sebaik apapun jalan keluar yang diajukan oleh suami atau istri kita, tetap saja sulit kita terima apa adanya. Itu sebabnya, kita perlu menahan diri sejenak. Yang paling penting untuk kita raih bersama adalah masing‐masing pihak merasakan adanya ikti­kad baik, sehingga hati akan mudah menemukan kedamaian.

Kalau sekiranya pasangan kita masih meluap‐luap emosinya dan bahkan cenderung memuncak, maka belajar dari Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam kita perlu menahan diri sejenak. Biarlah emosinya reda. Jangan menyalahkan. Jangan pula menuntut. Bahkan andaikan kesalahan itu jelas ada padanya, tahan diri sejenak. Bukankah ketika ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sedang cemburu dan bahkan sebegitu cemburunya sampai memecahkan mangkok, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam tidak sibuk menasehatinya? Barulah setelah tenang, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan untuk mengganti mangkok orang yang sudah dipecahkan.

Di saat emosinya masih meluap‐luap, boleh jadi obat yang paling tepat untuk menahan emosi agar tidak semakin menghebat adalah kesediaan untuk mendengar. Kita ikhlaskan diri untuk mendengar luapan emosinya tanpa berkomentar. Kita terima apa adanya tanpa menyalahkan. Kalaupun ada yang salah, kita bisa meluruskannya. Bukan menyalahkan. Itu pun harus menunggu hingga secara emosi, keadaannya menjadi lebih baik.

Kalau emosi sudah reda, masing‐masing sudah saling tahu apa yang tidak mengenakkan hati, kita bisa merencanakan waktu dan tempat yang tepat untuk membicarakan. Barangkali memilih waktu yang tepat sama pentingnya dengan menemukan jalan keluar yang baik. Membicarakan masalah di saat suami baru saja terjaga dari tidur misalnya, merupakan waktu yang rawan terhadap kesalahpahaman dan mudah menimbulkan letupan emosi.

Bicarakanlah masalah yang ada dengan santai. Diskusikanlah apa yang sebaiknya kita lakukan dengan tenang dan dari hati ke hati. Bukan apa yang kemarin seharusnya tidak dilakukan. Sebab ini hanya akan menambah api kemarahan.

Wallahua’lambishawab.

sumber  http://www.facebook.com/notes/mohammad-fauzil-adhim/mengungkapkan-kemarahan-menjaga-kemesraan/419544404761360

Tuesday, October 23, 2012

:: 6 Aktivitas Pembuat Cerdas Anak ::



Mengembangkan kecerdasan anak bisa dilakukan melalui aktivitas sederhana dan menyenangkan. 
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kognitif anak Anda yang direkomendasikan oleh Jamie Loehr, M.D. dan Jen Meyers, pengarang buku Raising Your Child, seperti dikutip dari Parents Indonesia

1. Membaca 20 menit setiap hari
Ajak Anak anda membaca. Di usia 12 sampai 18 bulan anak banyak sekali menyerap informasi dari lingkungan sekitarnya. Jadi sangat mungkin bagi anak Anda mendengarkan apa yang anda baca. Setidaknya ajak membaca selama 20 menit sehari. Sambil membaca buku, tanyakan kepadanya gambar-gambar yang ada di buku.

2. Mendengarkan Musik
Bernyanyilah bersama anak Anda. Biasakan mendengarkan music saat di rumah atau di mobil. Pilihlah musik yang tidak membosankan walaupun diputar terus menerus. Jika Anda bernyanyi otomatis anak akan ikut bernyanyi. Lama-lama Anak Anda akan bernyanyi sendiri walaupun tidak ada music yang mengiringi.

3. Ajarkan tentang bentuk benda dan angka
Ajarkan si kecil tentang bentuk benda, warna dan angka seharian penuh. Jika di tumpukan mainannya ada bola bilang “ini bola bulat berwana merah. Jika sedang makan pisang bilang “ ini pisang kita tinggal satu” atau jika sedang memakai kaus berwarna biru bilang “kaus kamu warnanya biru.”

4. Ajarkan Bagian tubuh Ajarkan juga anak Anda nama-nama bagian tubuhnya. SAabil mengenalkan bagian tubuhnya tunjuklah bagian tubuh yang dimaksud misalnya hidung, mata, kuping, kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya.

5. Gunakan instruksi
Saat bermain berikanlah instruksi. Dengan begitu si anak akan mampu mengikuti instruksi dari orang tua dan akan merasa senang jika mampu melakukan apa yang di suruh. Salah satu instruki sederhana adalah memintanya menutup pintu atau mengambilkan bola.

6. Minta memilih mainan kesukaannya
Pergilah ke toko mainan. Gunakan buku katalog kemudian minta si anak menunjuk mainan yang ia suka di catalog tersebut. Setelah itu ajak anak Anda mencari mainan tersebut di rak mainan.

sumber  http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/12/10/21/mc7fau-6-aktivitas-pembuat-cerdas-anak-1

Wednesday, October 17, 2012

:: Matikan TV anda dan Berbahagialah ::

(Hidup Bahagia tanpa TV bagian 2).

oleh :  Mohammad Fauzil Adhim

Sabar. Ah…, rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak‐anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak‐anak shalih yang mendoakan, kita haruskan mereka melakukan shalat bahkan ketika usianya belum genap empat tahun. Karena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak‐anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau…, kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah‐payah berusaha? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit.

Apa yang membuat para orangtua semakin menipis kesabarannya? Selain karena lemahnya tujuan dan tidak adanya visi ke depan dalam mendidik anak, banyaknya waktu menonton TV juga sangat berpengaruh. Selama menonton TV, otak kita cenderung pasif. Ron Kauffman, pendiri situs TurnOffYourTV.com, menunjukkan bahwa selama menonton TV pikiran dan badan kita bersifat pasif (berada pada kondisi alfa). Tidak siap untuk berpikir. Jika keadaan ini terus berlanjut, orangtua akan cenderung bersikap dan bertindak secara reaktif. Bukan responsif. Mereka mudah marah ketika mendapati anak melakukan apa yang dirasa mengganggu. Mereka juga mudah bertindak kasar jika anak tidak segera melakukan apa yang diinginkan orangtua. Apalagi jika sebelumnya mereka sudah memiliki kecenderungantemperamental, semakin cepatlah mereka naik darah.

Di luar itu, secara alamiah kita –anak‐anak maupun dewasa—cenderung tidak siap melakukan pekerjaan lain secara tiba‐tiba jika sedang asyik melakukan yang lain. Kalau Anda sedang asyik nonton pertandingan sepak bola, telepon dari bos Anda pun bisa terasa sangat mengganggu. Apalagi kalau gangguan itu berupa permintaan istri untuk membersihkan kamar mandi, keasyikan menonton atraksi kiper menepis bola bisa membuat emosi Anda mendidih. Apatah lagi jika gangguan itu datang dari rengekan anak Anda yang minta diantar pipis…!

Jika menonton TV sudah menjadi bagian hidup orangtua yang menyita waktu berjam‐jam setiap harinya, pola perilaku yang reaktif, impulsif dan emosional itu lama‐lama menjadi karakter pengasuhan. Semakin tinggi tingkat keasyikan orangtua menonton TV, semakin tajam ”kepekaan” mereka terhadap perilaku anak yang ”mengganggu” dan ”membangkang”. Akibatnya, semakin banyak keluh‐kesah, kejengkelan dan kemarahan yang meluap kepada anak‐anak tak berdosa itu. Lebih menyedihkan lagi kalau lingkaran negatif menumbuhkan keyakinan bahwa anak‐anak (sekarang) memang susah diatur.


Matikan TV Anda dan Berbahagialah


Satu lagi masalah yang sering dihadapi orangtua: merasa tidak ada waktu untuk mendampingi anak. Kesibukan selalu merupakan alasan klasik yang membenarkan hampir semua kesalahan kita. Kita tidak punya waktu untuk anak. Tetapi kita memiliki kesempatan untuk menonton TV begitu tiba di rumah, karena orang sibuk memerlukan hiburan. Sebuah alasan yang sangat masuk akal ketika istri tak lagi cukup untuk menghibur hati.

Nah.

Apakah tidak ada jalan untuk membalik keadaan? Matikan TV dan hidupkan hati Anda. Kalau Anda merasa benar‐benar memerlukan TV, susun jadwalnya. Pastikan Anda menonton, misalnya maksimal satu jam sehari semalam atau setengah dari itu, dan tentukan Anda hanya melihat tayangan yang benar‐benar bergizi. Bukan cerita-cerita kosong yang tidak berarti.

Begitu Anda mematikan TV dan mengalihkan hiburan dalam bentuk bercanda dengan anak‐istri, insyaAllah Anda akan mendapatkan beberapa keuntungan ganda sekaligus. Anda mendapatkan waktu dan kesempatan untuk bercanda maupun bercakap-cakap –bukan sekedar berbicara dengan orang‐orang yang Anda cintai; Anda juga menabung kesabaran; sekaligus Anda membangun kedekatan hati dengan keluarga.

Ada perbedaan antara berbicara dengan bercakap‐cakap (ngobrol). Berbicara bersifat satu arah, sedangkan ngobrol bersifat mengalir dimana kita saling mengajukan pertanyaan, tapi bukan berupa tanya‐jawab. Ngobrol membuat hati semakin dekat satu sama lain. Ngobrol juga menjadikan perasaan kita lebih hidup. Tentu saja, apa yang kita obrolkan juga berpengaruh.

Ya, bercakap‐cakap dengan obrolan yang baik. Inilah kenikmatan surga yang bisa kita hadirkan di rumah kita tanpa harus mati terlebih dahulu. Pada saat ngobrol, kita bisa memberi dukungan sekaligus dorongan positif bagi anak‐anak kita. Ini merupakan salah satu yang sangat mereka perlukan untuk mengembangkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Dukungan dan doronganpositif yang kita berikan di saat yang tepat, sangat berperan untuk membangun diri dan percaya diri mereka. Tetapi ini sulit sekali kita berikan kepada mereka jika kesabaran tidak ada, waktu tidak punya dan keakraban tidak terjalin. Kita berbicara kepada mereka, tetapi tidak berkomunikasi. Kita mendengar suara mereka, tetapi tidak mendengarkan perkataan dan isi hatinya. Sebabnya, otak kita sudah penat karena beban kerja dan tayangan TV yang menyita energi otak kita.

Nah.

Omong‐omong, kapan terakhir kali Anda ngobrol dengan anak Anda? Sudah lama..?

:: Hidup Bahagia tanpa TV ::

oleh :  Mohammad Fauzil Adhim

Setiap anak harus mengembangkan perasaan bahwa mereka dapat “mengubah dunia” dan memiliki kekuatan dari dalam (inner strength) dan percaya bahwa mereka adalah orang yang memiliki kompetensi dan kemampuan. Secara alamiah, dorongan ini muncul pada diri anak semenjak bayi. Mereka belajar menggunakan tangis, senyum, gerakan dan suara-suara untuk memanggil orangtuanya, meminta perhatian dan “memaksa” orangtua memenuhi keinginannya.

Usia dua tahun, dorongan untuk mengembangkan kemampuan “mengubah dunia” itu semakin menguat. Para ahli menyebut rentang usia dua hingga empat tahun sebagai the terrible twos atau masa-masa dua tahun yang “mengerikan”. Ungkapan ini mungkin terasa berlebihan. Tetapi pada prinsipnya, para ahli menyampaikan pesan dengan ungkapan ini bahwa anak-anak usia dua hingga empat tahun sedang mengembangkan kemampuannya mengatur, memaksa, menolak perintah dan melakukan tawar-menawar terhadap aturan orang dewasa. Lebih-lebih jika diperintah secara tiba-tiba, mereka cenderung menunjukkan perlawanannya. Mereka ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa mereka tidak bisa dipaksa.

Kecenderungan ini sangat alamiah. Setiap anak harus memiliki dorongan ini sebagai bekal untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Orangtua maupun guru di sekolah berkewajiban menumbuhkan sense of competence ini pada diri anak, terutama usia 4-8 tahun. Jika anak memiliki perasaan ini secara memadai pada rentang usia 4-6 tahun, mereka akan lebih siap untuk memasuki fase pendisiplinan diri pada usia 7 tahun. Pada saat yang sama, orangtua maupun guru di sekolah tetap berkewajiban membangun sense of competence hingga usia 8 tahun sehingga mereka memiliki citra diri, harga diri serta percaya diri yang baik.

Mengapa fase pendisiplinan dimulai pada usia 7 tahun? Ini berkait dengan perintah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau bersabda, ”Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukullah dia apabila meninggalkannya.” (HR. Abu Dawud).

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, ”Ajarkanlah anakmu tata cara shalat ketika telah berusia tujuh tahun. Dan pukullah dia pada saat berusia sepuluh tahun (apabila meninggalkannya).” (HR. Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas kepada kita bahwa mendisiplinkan anak shalat dimulai pada usia tujuh tahun. Bukan usia sebelumnya. Kita perlu memberi pendidikan iman, akhlak dan ibadah sedini mungkin. Tetapi ada prinsip lain yang harus kita perhatikan: berikanlah pendidikan tepat pada waktunya. Sesungguhnya, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah SAW dan sebaik-baik perkataan adalah firman Allah ’Azza wa Jalla, yakni kitabullah al-Qur’anul Kariim.

Jadi, kalau anak yang belum berusia tujuh tahun tidak mengerjakan shalat, kita harus memaklumi dan melapangkan hati. Tugas kita adalah menumbuhkan perasaan positif terhadap kebiasaan yang ingin kita tumbuhkan, membangkitkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi) serta menjamin bahwa mereka memiliki harga diri yang tinggi. Kita memperlakukan mereka secara terhormat, tetapi bukan memanjakan.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaahaa [20]: 132).

Sabar. Ah…, rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak-anak shalih yang mendoakan, kita haruskan mereka melakukan shalat bahkan ketika usianya belum genap empat tahun. Karena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak-anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau…, kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah-payah berusaha? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit. Lantas, apa hubungan dengan televisi? Mohon sabar menunggu pembahasan berikutnya.

Wallahu ’alam bishawab.

Tulisan ini dan berbagai tulisan lain juga dapat dibaca di situs majalah Hidayatullah.

:: Mutiah, wanita pertama penghuni surga ::

SUATU hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin setelah istri-istri Nabi SAW.?

  •   Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.

Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.

Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.

  •   “Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”

Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.

“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”

  •   Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.

  •   Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.

Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.

  •   Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.

Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.

  •   Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.

Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.

Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.

  •   “Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”

  •   Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.

Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Oleh: Silmi Nurdini Kamilah /islampos


Sumber : http://mencintaisederhana.blogspot.com/2012/10/mutiah-wanita-pertama-penghuni-surga.html#ixzz29cJoYWuh

:: 12 Khasiat Buah Kurma ::

Kurma adalah buah yang tumbuh dari pohon palem keluarga Arecaceae dari genus phoenix.  Nama ilmiah kurma adalah dactylifera phoenix. Kurma diyakini berasal dari tanah di sekitar tepi sungai Nil dan Efrat. Sekarang pohon kurma dibudidayakan secara luas di wilayah beriklim hangat di semua benua, termasuk di Afrika, Australia dan Amerika (California).
Kurma segar memiliki daging berserat lembut dan rasanya sangat manis, seperti campuran sirup gula dan madu. Daging buah kurma berisi gula sederhana seperti fruktosa dan dekstrosa yang mudah dicerna dan cepat mengisi ulang energi tubuh. Karena karakteristik tersebut, kurma sangat cocok untuk mengawali berbuka puasa.
Rincian kandungan gizi kurma (per 100 g)
(Sumber: USDA National Nutrient Database)
UnsurNilai giziPersen kecukupan gizi
Energi277 Kkal14%
Karbohidrat74,97 g58%
Protein1,81g3%
Total Lemak0,15 g<1%
Kolesterol0 mg0%
Serat makanan6,7 g18%
Asam Folat15 mcg4%
Niacin1,610 mg10%
Asam pantotenat0,805 mg16%
Piridoksin0,249 mg19%
Riboflavin0,060 mg4.5%
Thiamin0,050 mg4%
Vitamin A149 IU5%
Vitamin C0 mg0%
Vitamin K2,7 mcg2%
Sodium1 mg0%
Potasium696 mg16%
Kalsium64 mg6.5%
Tembaga0,362 mg40%
Besi0,90 mg11%
Magnesium54 mg13%
Mangan0,296 mg13%
Fosfor62 mg9%
Seng0,44 mg4%
Beta karoten89 mcg
Lutein-zeaxanthin23 mcg
Kandungan nutrisi kurma
Kurma memiliki daftar panjang kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Tabel di samping menunjukkan kandungan gizi dan unsur non-gizi yang ada pada kurma.
Kurma matang mengandung gula sekitar 80%, sisanya terdiri dari protein, lemak dan produk mineral termasuk tembaga, besi, magnesium dan asam folat.  Kurma kaya dengan serat dan merupakan sumber kalium yang sangat baik.  Lima butir kurma (sekitar 45 gram) mengandung sekitar 115 kalori, hampir semuanya dari karbohidrat.
Khasiat buah kurma
  1. Kaum Arab Badui, yang makan kurma secara teratur, menunjukkan tingkat kejadian yang sangat rendah dari kanker dan penyakit jantung.
  2. Buah kurma kaya serat yang mencegah penyerapan kolesterol LDL dalam usus. Kandungan serat kurma juga membantu melindungi selaput lendir usus dengan mengurangi paparan dan mengikat bahan kimia yang menyebabkan kanker usus besar.
  3. Sebagai makanan laksatif (laxative food), kurma bermanfaat melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi.
  4. Kurma mengandung antioksidan yang dikenal sebagai tanin. Tanin diketahui bersifat anti-infeksi, anti-inflamasi dan anti-hemoragik.
  5. Kurma adalah sumber vitamin A, yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan sangat penting untuk kesehatan mata. Vitamin A juga diperlukan menjaga kulit tetap sehat. Konsumsi buah-buahan alami yang kaya akan vitamin A  diketahui membantu melindungi dari kanker paru-paru dan rongga mulut.
  6. Kurma merupakan sumber zat besi yang sangat baik. Besi adalah komponen dari hemoglobin di dalam sel darah merah yang menentukan daya dukung oksigen darah.
  7. Kalium dalam kurma adalah komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan denyut jantung dan tekanan darah, sehingga memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung koroner dan stroke.
  8. Kalsium merupakan mineral penting dalam pembentukan tulang dan gigi, dan dibutuhkan oleh tubuh untuk kontraksi otot, penggumpalan darah dan konduksi impuls saraf.
  9. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai unsur pendukung untuk enzim antioksidan superoksida dismutase.
  10. Tembaga diperlukan dalam produksi sel darah merah.
  11. Magnesium sangat penting bagi pertumbuhan tulang.
  12. Kurma kaya akan vitamin K dan vitamin B-kompleks, yaitu  piridoksin (vitamin B-6), niacin, asam pantotenat dan riboflavin. Vitamin ini membantu tubuh dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Vitamin K sangat penting dalam pembekuan darah  dan metabolisme tulang.
Kalau begitu, betul sekali anjuran Nabi Muhammad untuk mengawali berbuka puasa dengan tiga butir kurma!

sumber  http://majalahkesehatan.com/12-khasiat-buah-kurma/

:: Tip Membuat Aneka Puding

Puding biasanya dijadikan sebagai makanan penutup atau dessert. Kadang-kadang juga dibuat untuk sekedar jadi camilan di rumah untuk keluarga.

Puding banyak jenisnya, ada puding susu, puding santan, puding busa, puding telur, puding buah, puding cake/bolu, dan puding lapis. Masing-masing punya cara sendiri dalam membuatnya.


Yuk, lihat tip membuat beraneka macam puding berikut ini:

Puding susu

Biasanya puding susu menggunakan susu segar. Jika bukan susu segar maka harus dicairkan terlebih dahulu. Cara membuat puding susu, biasanya susu di didihkan terpisah, agar-agar di didihkan dengan sedikit air di tempat lain. setelah susu mendidih, tuang cairan agar-agar, aduk sebentar, siap di cetak

Puding buah

Buah-buah segar atau kalengan sering di masukkan pada pudding, dengan di tata agar manis. dibutuhkan kesabaran untuk membuat buah tampil cantik pada puding. Caranya, tata buah di dasar cetakan, tuang sedikit adonan puding, biarkan sedikit membeku agar mengikat buah-buahan pada tempatnya. setelah itu baru dituang sisa adonan

Puding lapis

Tiap lapis, selalu harus di tunggu sampai setengah beku, baru di tuang lapisan berikutnya. Bagaimana kalau adonan puding di panci membeku? jangan khawatir karena masih bisa dipanaskan lagi, dan adonan akan mencair kembali.

Puding santan

puding santan selalu menghasilkan lapisan pada pudingnya, yaitu bening dan keruh bagian atas yang merupakan santan kental. Ini tidak dapat dihindari, karena klo bikin puding santan suka gitu warnanya. Tapi dapat di kurangi, dengan tidak buru-buru menuang puding dalam cetakan, tapi di aduk-aduk dulu sampai suhu panas puding berkurang, dan menjelang membeku, tuang pada cetakan.

Puding busa

Busa dihasilkan dari telur putih yang dikocok sampai kaku ato sampai kocokan telur putih tadi berbusa. Cara mencampur telur putih dengan pudding, tuangkan cairang puding sedikit sedikit ke wadah telur putih, sambil di aduk atau mixer speed rendah sampai rata. Seperti puding santan, adonan ini akan memisahkan diri antara cairan dan busanya. Jika mengharapkan menyatu, aduk2 puding sampai mau dingin, baru di tuang di cetakan.

Puding telur

Kuning telur, biasanya digunakan untuk membuat puding menjadi lebih gurih. Tapi kita harus ati-ati waktu mencampur kuning telur, supaya tidak bergumpal-gumpal pada adonan puding. Caranya : kuning telur di kocok lepas di satu wadah. Tuang satu atau dua sendok makan makan puding panas pada kocokan telur, aduk cepat supaya tidak menggumpal, lalu tuang adonan ini pada panci pudingnya, aduk rata.

Puding cake atau bolu

Aduk-aduk adonan sampai menjadi hampir dingin, tuang perlahan diatas cake atau bolu, agar terjadi lapisan yang bagus.


sumber  http://id.she.yahoo.com/tip-membuat-aneka-puding-110200928.html

[resep] Puding Roti Kukus

Roti tidak hanya enak dicampur dengan selai atau cokelat, tapi juga enak dijadikan puding lho. Sangat menyenangkan menjadikan puding roti kukus untuk sarapan di pagi hari.

Penasaran dengan resep puding roti kukus yang sangat menggoda selera? Yuk, langsung lihat saja resepnya:


Bahan:

- 5 lembar roti tawar, sobek-sobek
- 700 ml susu cair
- 2 butir telur ayam, kocok lepas
- 1/2 sendok teh vanili
- 125 gr gula pasir
- 100 gr margarin, cairkan
- 100 gr kismis
- 100 gr keju parut


Cara Membuat :
1. Campur roti tawar, susu cair, telur, vanili, dan gula pasir. Aduk rata hingga gula larut.
2. Tambahkan margarin cair, kismis dan setengah bagian keju parut, aduk rata kembali.
3. Tuang adonan roti ke dalam cetakan mangkuk foil yang telah diolesi margarin, beri taburan keju parut, kukus hingga matang. Angkat.
4. Resep Puding Roti siap dinikmati


sumber  http://id.she.yahoo.com/lezatnya-puding-roti-kukus-003000305.html

Tuesday, October 16, 2012

:: mencari sekolah ISLAMI yang ISLAMI ::

oleh:  Mohammad Fauzil Adhim

Jika sekolah Islam tak lagi bersungguh-sungguh menanamkan iman sejak hari pertama masuk sekolah, dan menguatinya hingga mereka lulus, maka apakah yang membedakannya dengan sekolah-sekolah umum?

Jika sekolah-sekolah Islam tak lagi berserius menumbuhkan kecintaan shalat semenjak awal anak belajar, dan tidak mendampingi mereka satu per satu untuk mampu melakukan wudhu dan shalat dengan benar, tertib dan bersungguh-sunggguh, masih adakah alasan bagi kita untuk memasukkan anak kita di sana?

Sekolah-sekolah Islam harus sepenuhnya sadar bahwa kuatnya penanaman iman dan ibadah inilah yang menjadi pembeda penting dari sekolah-sekolah lainnya. Berawal dari iman yang kuat, mereka kita pacu untuk berprestasi. Artinya, justru iman itulah yang menjadi pemacunya sekaligus penjaga arah dari niat mereka belajar. Bukan menjadikan agama hanya sekedar fungsi instrumental. Kalau mau ujian, baru kita berserius mengajak mereka melakukan do'a bersama. Bukan pula bersibuk dengan prestasi akademik, tapi hal pokok justru terlupakan. Sebagaimana, sangat tidak tepat menjadikan iman dan prestasi sebagai dua hal yang bertentangan. Justru, mereka yang beriman harusnya lebih bersemangat belajar.

Ini yang perlu dilihat kembali oleh sekolah-sekolah Islam. Sudah adakah? Ataukah kita bahkan tidak resah manakala SD kelas 4 shalatnya masih berantakan? Apalagi jika sudah kelas 6.

Wahai para guru, kelak Allah Ta'ala akan bertanya kepadamu atas amanah yang engkau bersedia memikulnya hari ini!

Wednesday, October 10, 2012

Hanya 33% orangtua yang masih sempat mendongeng untuk anak...

Saat ini, mendongeng sepertinya jadi aktivitas yang sudah jarang dilakukan orangtua terhadap anak-anak mereka. Survei yang diadakan Disney di Inggris pun membuktikannya. Survei diikuti oleh 1.000 orangtua dan kakek-nenek yang memiliki anak atau cucu berusia di bawah enam tahun. Dari survei tersebut terungkap hanya 1/3 orangtua di Inggris yang masih sempat membacakan cerita pada anak sebelum tidur.

Mereka yang sempat membacakan dongeng sebelum tidur itu, sesuai survei, paling banyak adalah para ibu, kemudian ayah dan disusul kakek-nenek. Sedangkan fakta di lapangan, anak-anak lebih suka jika mereka dibacakan dongeng oleh ibu, lalu kakek-nenek dan terakhir ayah.

Meskipun jumlah orangtua yang sempat membacakan cerita itu sedikit, setengah dari responden percaya mendongeng adalah saat yang tepat untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak mereka. 47% orangtua juga tahu bahwa anak-anak sebenarnya senang dibacakan dongeng oleh orangtuanya

Sayangnya sesuai survei tersebut, sekarang ini sebagian besar orangtua kehabisan waktu untuk membacakan anak-anak mereka sebuah dongeng. Hampir sepertiga orangtua yang menjadi responden mengaku terlalu lelah untuk bercerita, terlebih ketika mereka terlambat pulang kantor dan harus melakukan pekerjaan rumah lainnya. Dari survei Disney tersebut juga terungkap, di era digital seperti sekarang ini, 2/3 dari orangtua dan kakek-nenek merasa bahwa teknologi modern sudah menghilangkan tradisi mendongeng.

Salah satu penyebab menurunnya aktivitas dongeng sebelum tidur ini adalah karena kurangnya kepercayaan diri orangtua ketika membacakan cerita untuk anak. Lebih dari 1/3 orangtua dan kakek-nenek berharap mereka bisa menjadi pendongeng yang baik baik.

Dalam urusan membacakan cerita ini, hanya setengah dari kaum pria yang merasa mereka bisa mendongeng dengan baik. Wanita dianggap lebih baik dalam aktivitas dongeng tersebut karena mereka lebih banyak membaca ketika masih anak-anak.

Survei Disney juga menunjukkan bahwa kemampuan mendongeng ditentukan oleh faktor usia, 81% orang yang pandai mendongeng berusia lebih dari 55 tahun, dan 44% dari usia 18-24 tahun. Selain itu, cerita tradisional tetap paling populer karena sebagian besar (84%) dari responden bercerita tentang apa yang mereka baca saat masih anak-anak.

Kelompok usia muda yang bernostalgia ini, yaitu yang berusia 18-24 tahun, yang sering membacakan anak-anak cerita serupa ketika mereka masa kecil. Sementara lebih dari seperempatnya memilih untuk menceritakan kisah-kisah klasik seperti Winnie the Pooh, dan hanya sedikit yang memilih untuk membuat cerita mereka sendiri.


sumber http://wolipop.detik.com/read/2012/10/10/070850/2058848/857/hanya-33-orangtua-yang-masih-sempat-mendongeng-untuk-anak?w991101857

Monday, October 8, 2012

Imunisasi MMR Bisa Sebabkan Autis?


Kekhawatiran vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) bisa menyebabkan autisme sering menyebabkan orang tua memilih menghindari imunisasi tersebut. Tapi benarkah?

Orang tua sering khawatir akan autisme yang disebabkan vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella). Akibatnya? Banyak anak yang tidak memperoleh perlindungan dari penyakit campak, campak Jerman, dan penyakit gondong. Padahal, penyakit-penyakit tersebut terbilang berbahaya, lho!

Dan sebenarnya, keamanan vaksin MMR telah dibuktikan melalui berbagai penelitian di luar negeri. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pemberantasan Penyakit Menular Dunia (CDC) juga sudah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tidak ada bukti yang bisa mengaitkan pemberian imunisasi dengan timbulnya autisme pada anak.

Kadar thimerosal (zat pengawet mengandung merkuri) yang digunakan dalam vaksin MMR juga amat rendah dan akan segera dikeluarkan dari tubuh melalui feses. WHO juga menekankan, jenis merkuri yang terkandung di dalam thimerosal bukanlah merkuri aktif yang bersifat toksik (racun) serta bisa merusak ginjal, saraf, dan otak.

Setelah divaksinasi, terbukti pula bahwa kadar merkuri dalam darah pasien tidak mengalami peningkatan. Jadi, bila anak sehat dan Anda mampu secara finansial,  imunisasi ini bisa dilakukan, Ma. 


 http://www.parenting.co.id/article/mode/imunisasi.mmr.bisa.sebabkan.autis/001/003/280

[mari mengenal] 7 Imunisasi Tambahan

Selain imunisasi wajib (vaksin BCG, polio tetes minum (polio oral), DPT, hepatitis B dan campak) yang direkomendasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Anda juga perlu tahu imunisasi yang dianjurkan.

Imunisasi yang dianjurkan ini diteliti bisa mencegah berbagai penyakit, antara lain: radang paru-paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), campak Jerman, Hepatitis A, dan kanker mulut rahim.

Vaksin tersebut belum masuk dalam daftar imunisasi PPI dan tidak disubsidi pemerintah –sehingga disebut tidak wajib atau ‘hanya’ dianjurkan saja. Jadi perbedaannya bukan masalah perlu atau tidak perlu, lho, Ma.

Jadi? Imunisasi wajib adalah vaksin minimal yang harus didapat anak dengan fasilitas disediakan pemerintah. Sedang tambahannya, bila mampu, baik sekali jika juga diberikan pada anak. Apa saja imunisasi yang dianjurkan?

- Hib
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenza type B, yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi pada katup pita suara dan tabung suara).

Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6, dan 15 bulan.
Catatan khusus: Bisa diberikan secara terpisah atau kombinasi.

- Pneumokokus (PCV)
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.

Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan.
Catatan khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas 1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.

- Influenza
Manfaat: Melindungi tubuh dari beberapa jenis virus influenza.

Waktu pemberian: Setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa.

Catatan khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk semprotan pada saluran pernapasan.

- MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella (campak Jerman).

Waktu pemberian: Usia 15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun.

Catatan khusus: Bisa diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak di usia 9 bulan.

- Tifoid
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid (tifus).

Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.

Catatan khusus: Terdapat dua jenis, yaitu oral dan suntik. Tifoid oral diberikan pada anak di atas 6 tahun.

- Hepatitis A
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan penyakit hati.

Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.

- Varisela
Manfaat: Melindungi tubuh dari cacar air

Waktu pemberian: Pada umur di atas 5 tahun.

- HPV (Humanpapilloma Virus)
Manfaat: Melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker mulut rahim.

Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.


sumber >>  http://www.parenting.co.id/article/bayi/kenali.7.imunisasi.tambahan/001/002/251

[mari mengenal] 5 Imunisasi Wajib Bagi Bayi

Pemerintah melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mewajibkan lima jenis vaksin bagi anak-anak Indonesia. Apa saja? Berikut daftar vaksin wajib bagi bayi dan penjelasannya.



BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat: Mencegah penyakit tuberkulosis atau TB (bukan lagi disingkat TBC), yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang.
Waktu pemberian: Sejak bayi lahir. 
Catatan khusus: Bila mama ketinggalan dan umur si kecil sudah lebih dari 3 bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak. BCG baru bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B 
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan kerusakan pada hati.
Waktu pemberian: Dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan, lalu saat 3 - 6 bulan.
Catatan khusus: Jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4 minggu.

Polio 
Manfaat: Melindungi tubuh terhadap virus polio, yang menyebabkan kelumpuhan.
Waktu pemberian: Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya, vaksin ini diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan.
Catatan khusus: Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Manfaat: Mencegah tiga jenis penyakit, yaitu difteri (infeksi saluran pernapasan yang disebabkan  bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian tubuh yang terluka), dan pertusis (batuk rejan, biasanya berlangsung dalam waktu yang lama)
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6 bulan. 
Catatan khusus: Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada usia 12 tahun, vaksin ini diberikan lagi, biasanya di sekolah.

Campak 
Manfaat: Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus.
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak kedua diberikan pada saat anak SD kelas 1 (6 tahun).
Catatan khusus: Jika belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan, anak bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (MMR atau Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan.

sumber >>  http://www.parenting.co.id/article/bayi/5.imunisasi.wajib.bagi.bayi/001/002/252

::: MENEMPA JIWA :::



*sharing untuk para orang tua dalam mendidik anak-anaknya*

Oleh Mohammad Fauzil Adhim


”Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan.”
(QS. Alam Nasyrah, 94: 5-6).


Cukuplah orangtua dikatakan menyengsarakan hidup anak apabila ia membiasakan hidup mudah. Segala sesuatu yang mereka perlukan telah tersedia dengan mudah, nyaris tanpa usaha berarti. Padahal pengalaman berusaha dan menyelesaikan masalah akan meningkatkan kapasitas pribadi seseorang. Sehingga semakin banyak masalah yang mampu ia selesaikan, semakin tinggi nilai hidupnya.

Allah Ta’ala membentangkan di hadapan manusia kesempatan untuk berjuang. Agar terwujud kehidupan yang baik, kita harus memiliki kesediaan untuk memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh dengan keringat dan do’a. Kesungguhan dalam berjuang itulah letak nilai seseorang. Bukan apa yang ia capai. Sungguh, adakalanya barakah perjuangan seseorang tampak nyata di muka bumi setelah kehidupan orang tersebut berlalu beberapa masa. Dan merupakan tugas orangtua untuk memberi kesempatan kepada anak latihan berjuang, dari yang kecil hingga mimpi-mimpi besar untuk sebuah visi di masa depan.

Sesungguhnya orangtua yang kejam adalah mereka yang tidak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan di usia itu. Kejamlah para ibu yang masih selalu menyuapi anaknya, setiap saat, padahal anak seharusnya sudah bisa makan sendiri. Kejamlah seorang bapak yang selalu melayani keinginan anak dan memenuhi permintaan mereka, padahal anak-anak itu kelak harus memiliki kecakapan mentasharrufkan hartanya. Kejamlah orangtua yang hanya memberi uang dan fasilitas berlimpah kepada anaknya tanpa memberi tanggung-jawab, kewajiban dan tantangan kepada mereka.

Mari kita belajar dari pohon apel. Sesungguhnya apel tidak berbuah kecuali setelah daunnya rontok. Jika ia ditanam di negeri yang tidak mengenal musim gugur, maka kitalah yang harus membantu agar apel tersebut berbuah. Kita membantu mengurangi daun-daunnya.

Pelajaran apa yang bisa kita petik? Perlu tantangan sebelum berbuah. Ada tantangan yang secara alamiah dihadapi karena kondisi yang tidak terelakkan. Tetapi jika kondisi yang diperlukan tidak tersedia, maka kitalah yang harus merancang agar ada tantangan yang ”menggairahkan”.

Jika kita menilik sejarah, orang-orang besar adalah mereka yang memiliki catatan panjang tentang keteguhan, ketegaran, kegigihan, kejujuran, integritas yang tinggi, keberanian dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan rambu-rambu yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala dan rasul-Nya shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ditempa oleh tantangan yang datang berjenjang-jenjang. Awalnya ringan, lalu datang lagi tantangan berikutnya yang lebih berat. Bahkan tidak sedikit orang besar yang sejak lahir sudah dipenuhi kesulitan dan tantangan. Ia lahir dalam kesulitan, besar dalam kesulitan dan kemudian tumbuh menjadi manusia yang sanggup mengatasi berbagai kesulitan yang orang lain takut membayangkannya. Mereka banyak menghadapi kesulitan, tetapi pada saat yang sama ada kekuatan jiwa untuk menghadapinya. Terkadang kekuatan itu mengalir dari hadirnya seorang ibu yang senantiasa memberi dukungan ketika ia merasa tak sanggup lagi.

Di antara orang-orang sukses, banyak yang mengawali hidupnya dengan berbagai kesulitan. Sebagian mereka bahkan pernah merasa tak sanggup menghadapinya, lalu berikrar agar anaknya tak pernah menjumpai kepahitan hidup yang serupa. Tetapi ia lupa membedakan bahwa kepahitan hidup berbeda dengan tantangan. Alih-alih tidak ingin anaknya sengsara, justru menghindarkan anak dari tantangan. Diam-diam menjadikan anaknya tak berdaya dengan melimpahi mereka fasilitas dan kemudahan. Padahal berlimpahnya fasilitas tanpa tantangan, menjadikan anak lemah secara mental, rendah daya juangnya, mudah frustrasi karena tak terbiasa menghadapi kesulitan, dan tidak memiliki keterampilan memadai dalam menyelesaikan persoalan hidup sehari-hari. Mereka inilah yang rawan terkena afflueanza.

Apakah affluenza itu? O, banyak sekali definisi yang bisa kita temukan pada kata ini. Tetapi ada beberapa hal yang mempersamakan dari berbagai definisi itu, yakni bahwa affluenza merupakan kondisi ketika orang menakar keberhasilan dan kebahagiaan dari berapa banyak uang yang dimiliki, berapa mewah barang yang dikonsumsi, dan berapa lengkap perangkat yang dipunyai beserta segala kemudahan yang bisa dibeli. Mereka dimanjakan oleh uang karena orangtua sudah merdeka secara finansial, tetapi hati mereka hampa dan kebahagiaan sangat jauh dari kehidupan. Semakin mereka menganggap bisa membeli kebahagiaan dengan uang, semakin kering hidup mereka, semakin jauh pula kebahagiaan itu menghindar dari mereka. Di saat itulah mereka semakin sibuk mengejar.... dengan uang yang mereka punya!!! Padahal ini justru membuatnya semakin tidak bahagia. Tetapi tak pilihan lain buat mereka, sebab yang mereka ketahui, uang bisa membeli apa pun. Sejak kecil mereka dibesarkan dengan kemudahan dan fasilitas, sehingga mereka justru menemukan banyak kesulitan dalam hidup. Apa yang sederhana buat orang lain, bisa menjadi kesulitan besar bagi dirinya.

Nah.

Jadi apa yang membuat anak-anak itu lemah di masa dewasanya? Mereka tak berdaya karena otot mereka, otak mereka dan mental mereka tak pernah ditempa. Mereka lemah karena terlalu banyak dimanja oleh fasilitas berlimpah. Mereka menemui banyak kesulitan karena terbiasa hidup serba mudah. Sesungguhnya apa yang berat bisa terasa ringan apabila kita memperoleh tempaan yang cukup untuk menghadapi tantangan. Semakin banyak tantangan yang mampu kita hadapi, akan semakin kuatlah kita dengan izin Allah Ta’ala.

Perlunya memberi kesempatan pada anak untuk menghadapi tantangan bukan berarti orangtua harus membiasakan anak hidup sulit. Sangat berbeda mempersulit keadaan dengan menempa anak menghadapi kesulitan. Kita memberi kesempatan kepada anak untuk belajar dengan memberinya tanggung-jawab, memberi mereka tugas untuk menyiapkan, mengatur dan menjaga apa yang mereka perlukan dalam hidup sehari-hari, serta memberi mereka kesempatan bagi mereka untuk belajar mengurusi diri mereka sendiri. Jadi bukan merampas hak mereka untuk belajar mandiri.

Bayi usia 1,5 tahun misalnya, secara alamiah mereka akan terdorong untuk belajar makan sendiri. Tentu saja karena belum memiliki cukup keterampilan, hasilnya bisa belepotan dan mengotori lantai. Tetapi jika atas nama kasih-sayang kita tidak memberinya kesempatan sehingga kita selalu menyuapinya, anak itu akan terhambat kemampuannya dan sulit tumbuh kemandiriannya.

Di usia-usia berikutnya ketika anak sudah saatnya untuk otonom, kita perlu membimbing mereka untuk menyiapkan sendiri buku pelajaran yang akan dipakai besok dan menyiapkan perlengkapannya. Secara perlahan kita memperkenalkan kepada mereka konsekuensi jika mengabaikan kewajiban. Pada saat yang sama kita mulai perlu memberi mereka tantangan-tantangan. Bukan membebani.

Kita bisa menggugah mereka untuk memiliki tekad kuat bagi sebuah mimpi di masa yang akan datang. Misalnya, kita gugah anak-anak itu untuk berkeinginan kuat memberikan harta yang bermanfaat bagi yang memerlukan. Katakanlah sepatu untuk orang miskin, atau sebuah ensiklopedi yang perlu mereka beli atau keperluan mereka sendiri yang berharga. Kita beri mereka dorongan. Pada saat yang sama kita pacu mereka untuk bisa mewujudkan tekad itu dengan kemampuannya sendiri.

Melalui tantangan yang datang secara bertahap itu, anak-anak akan belajar memecahkan kesulitan. Sesungguhnya Allah Ta’ala letakkan kemudahan itu menyertai kesulitan. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:

”Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah, 94: 5-6).

Muhammad Sulaiman ’Abdullah al-Asyqar menerangkan dalam tafsirnya yang bertajuk Zubdatut Tafsiir Min Fathil Qadiir bahwa maksud ayat ini ialah, sesungguhnya bersama kesulitan terdapat kemudahan lain. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu dengan status marfu’ menerangkan, ”Seandainya kesulitan itu berada di dalam batu, niscaya ia akan diikuti oleh kemudahan sehingga ia masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya dari batu tersebut. Suatu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan. Sesungguhnya Allah berfirman: ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Pelajaran apa yang bisa kita petik? Banyak hal. Selain keharusan untuk senantiasa optimis tatkala menghadapi kesulitan, kita juga perlu merenungkan kembali apa yang telah kita berikan kepada anak-anak kita. Apakah kita menyiapkan anak kita untuk menjadi pribadi yang kuat ataukah kita justru sedang mempersulit hidupnya dengan membiasakan hidup mudah?

Sungguh, membiasakan anak hidup mudah dapat melemahkan mereka dalam keterampilan hidup, berpikir, dan bersikap. Bahkan bukan tidak mungkin dapat menyebabkan mereka lemah iman. Na’udzubillahi min dzaalik.