Sunday, December 23, 2012

Ketika Proses Pembelajaran Kehilangan Humor

Oleh: Amri Ikhsan *)

13560957471129257821
Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)

Pendidikan itu adalah proses berfikir perlu keseriusan apalagi proses pembelajaran. Semua langkah sebelum, dalam dan sesudah proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah proses serius, penuh konsentrasi dan harus terukur. Apapun tugas guru, apapun beban kerja  sudah dipikir dengan serius oleh pemerintah melalui UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru/Dosen, PP nomor 74 tentang guru. Ini pekerjaan serius
Tapi, masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran adalah kejenuhan, kebosanan, ketegangan siswa yang terjebak dalam rutinitas yang dijalani setiap hari. Ditambah lagi dengan ‘penampilan’ guru kadang kadang ‘membunuh’ kreatifitas siswa, yaitu dengan menjadi ‘penguasa tunggal’ dalam kelas. Siswa ‘wajib’ mengikuti perintah penguasa tunggal ini tanpa kecuali.
Dilain pihak, ini bisa dimaklumi, tiap hari siswa dipaksa untuk menguasai materi pelajaran tanpa terukur berapa kuat kemampuan mengingat, menyimpan, dan menganalisa materi pelajaran. Setiap hari 4-5 materi, mulai dari jam 07.15 sampai siang bahkan sore. Siswa biasanya merasa sedikit fresh ketika hanya pada awal pelajaran, setelah itu mereka akan kehilangan semangat belajar bukan karena tidak mau belajar tapi karena proses pembelajaran yang monoton tanpa ketawa, tegang, penuh tekanan.
Tidak ‘segarnya’ siswa dalam proses pembelajaran bisa jadi karena terlalu serius guru  dalam mengelola pembelajaran. Kelihatannya, guru begitu antusias dalam menyampaikan materi pembelajaran seperti yang tertuang dalam kurikulum dan buku pelajaran tanpa mempertimbangkan ‘perasaan’ siswa. Dalam hal ini, siswa ‘wajib’ duduk dalam kelas, memperhatikan guru, tidak boleh ‘ribut’, tanpa memperhatikan apakah ia senang atau tidak. Siswa tidak boleh keluar dari ‘aturan main’ yang ditetapkan oleh guru itu sendiri.
“Kisah nyata ini” diperparah oleh “persepsi” guru yang tidak peduli dan sengaja membiarkan proses pembelajaran berjalan begitu saja, tanpa inovasi, pokoknya guru sudah menyampaikan materi pembelajaran tanpa ada gebrakan yang bisa ‘menghidupkan’ siswa untuk belajar. Sering sekali, guru masuk kelas hanya untuk memberi tugas mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) selama proses pembelajaran berlangsung. Guru juga dalam berkomunikasi dengan siswa hanya diawali dengan ceramah dan diakhiri dengan penugasan, begitu seterusnya. Tidak ada kata kata inspiratif, ungkapan ungkapan yang merangsang siswa untuk tersenyum atau ketawa yang mampu membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar.
Berhubungan dengan LKS, ada 7 (tujuh) ayat dosa LKS: (1) keberadaan LKS menumbuhkan kejenuhan siswa dalam belajar. Guru saja banyak yang tidak suka LKS apalagi siswa; (2) memunculkan ketidak-kreatifan guru dalam proses pembelajaran; (3) menghambat guru dan siswa untuk berinovasi; (4) membuat ‘enak’ bagi guru tapi membuat jenuh bagi siswa; (5) mengiritkan bicara guru. Padahal bicara guru merupakan interaksi dengan siswa yang merupakan inti proses pembelajaran; (6) “memaksa” siswa untuk tidak membeli buku padahal buku itulah gudang ilmu; (7) LKS membuat guru ‘sedikit tersenyum’ mungkin karena dapat ‘fee”.
Akibatnya, pembelajaran di kelas bukan membuat siswa riang, kreatif dan segar. Tetapi justru menjadi momok yang cukup menakutkan, menegangkan dan menciptakan kelesuan dan kebosanan. “Penderitaan panjang siswa” dalam interaksi proses pembelajaran sering terjadi setiap jam pelajaran berlangsung. Kelas tidak lagi kondusif, siswa enggan masuk kelas, siswa diam ‘seribu bahasa’, kelas lesu, tidak ada diskusi, tanya jawab yang segar akibat komunikasi guru dan siswa yang tidak dibingkai dalam suasana keceriaan.
Ada 7 (tujuh) ayat yang mengindikasikan peserta didik tidak diajak senyum atau tertawa oleh guru dalam proses pembelajaran: (1) siswa tidak suka mata pelajaran yang diajarkan oleh guru itu; (2) siswa tidak memiliki buku mata pelajaran yang diajarkan guru itu; (3) siswa tidak pernah mengulang materi yang diajarkan oleh guru itu; (4) siswa sering bolos; (5) catatan siswa untuk pelajaran itu tidak teratur; (6) setelah tamat, tidak akan mengambil jurusan yang diajarkan guru itu; (7) ‘siswa kelihatan lebih tua dari siswa yang sering tertawa’.
Kelas yang tidak bergairah secepatnya di-reorganisasi secara holistik dengan ; (1) menggunakan bahasa yang ‘dekat dengan siswa’ walaupun itu bahasa ibu siswa: ‘apo cerito’, apo lokak’ dll; (2) ‘mengobral’ pujian verbal: “bagus”, baik”, semua tugas bernilai baik, dll.; (3) menggunakan tes dan nilai otentik, atau menilai teman sendiri. (4) merangsang rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi dengan memberikan pertanyaan yang ‘kontroversial’, yaitu pertanyaan yang bisa dipastikan siswa memiliki jawaban atas pertanyaan itu: “ mana yang muncul terlebih dulu, telor atau ayam”. (5) membuat kegiatan edukatif lain, siswa diminta membuat soal sendiri dan menjawab sendiri; (6) mengeksplor pengalaman pribadi siswa, dengan meminta siswa menceritakan hal hal pernah mereka lakukan dimasa lalu, dll dan dihubungkan materi pelajaran; (7) meyelipkan humor edukatif, permainan, simulasi, bernyanyi, dll.
Dihipotesakan, salah satu cara untuk menciptakan suasana segar dalam proses pembelajaran adalah dengan menciptakan humor edukatif. Keberadaan humor dapat mencairkan situasi yang kaku, tegang, memecahkan kejenuhan, kebosanan, membuat siswa ceria, tersenyum, tertawa.
Peran guru dalam memunculkan humor edukatif bukan ingin mengubah penampilan guru menjadi pelawak atau badut. Guru tetaplah guru. Humor guru haruslah cerdas, kreatif dan inovatif dalam rangka merangsang siswa untuk berfikir segar dan kritis sambil tertawa atau tersenyum. Tawa senyum siswa bukan sekedar ketawa lepas tetapi tawa sarat makna, tawa akademik, tawa yang membuat siswa segar untuk melanjutkan materi belajar berikutnya.
Humor edukatif tersebut bisa disampaikan secara langsung oleh guru, misalnya dengan menanyangkan media ”film/slide” lucu yang sudah banyak tersedia di internet melalui LCD, memberikan tebakan lucu, gambar lucu, dll.
Humor tidak sekedar mengajak kita berhenti cuma pada ketawa. Humor yang bermutu, sesudah terbahak-bahak yang sangat melegakan jiwa, nalar kita berkembang menuju pemahaman lebih dalam lagi (Mohammad Sobary, 2000). Humor yang ideal adalah membuat siswa terpancing untuk tersenyum dan tertawa dan ini harus dimanfaatkan guru sebagai satu titik kembalinya kesegaran siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran dengan lebih semangat.
Humor tidak sama dengan tertawa murahan, ia lebih kaya dan lebih menuntut dibandingkan bercanda (Ira Shor, 2001). Menurut Adrew How (2005), humor yang sehat mampu mengurangi stress, memberi perspektif baru dan perasaan lebih baik. Humor yang negatif bisa menyinggung perasaaan orang lain, meningkatkan ketegangan dan perasaan lebih buruk.
Secara konseptual, membuat siswa tersenyum dan tertawa dalam proses pembelajaran tidak boleh terhenti pada terbangunnya kelas yang menyenangkan, penuh keakraban, segar, dan penuh toleransi serta mampu membangkitkan kembali motivasi siswa, tapi sebaiknya humor edukatif juga menciptakan kegairahan kembali (remotivasi) siswa untuk belajar lebih semangat dan rajin. Kelas yang penuh keterbukaan, penuh dengan senyum dan ketawa edukatif, akrab, dan gairah, segar bisa dipastikan memberi peluang bagi siswanya untuk lebih kreatif dibanding kelas yang kurang bergairah, tegang, lesu dan tertekan.
Banyak cara yang bisa dieksplor dalam pembelajaran untuk memancing siswa tersenyum dan tertawa: membuat kalimat yang tidak biasa, mengkontaskan kenyataan, memberi contoh yang dekat dengan siswa, menggunakan majas majas kontradiktif, dll. Bentuknya bisa berupa cerita humor, anekdot, sindiran, dan aksi dalam pembelajaran, atau dengan pantun jenaka atau pengalaman hidup siswa. Guru secara kreatif dapat menciptakan humor sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan pembelajaran agar lebih kontekstual.
Ada 7 (tujuh) ayat yang bisa dilakukan guru dalam memunculkan humor akademik: (1) teka teki lucu, misalnya (a) sebuah pohon kelapa dibelakang rumah disambar petir, kenapa orang orang menebang pohon kelapa itu?; (b) semakin dibuang isinya, semakin besar?, dll; (2) memampilkan gambar gambar lucu; (3) menampilkan video video lucu. Ini bisa di unduh di situs ‘youtube’; (4) tongue twister; (5) anekdot; (6) bermain angka; (7) membalikkan fakta, dll.
Semakin sering siswa tersenyum dan tertawa tentu saja membuat proses pembelajaran berlangsung dengan segar tanpa tekanan sekaligus membuat siswa kelihatan ‘lebih muda’ dan usia mereka dan mestinya akan melenjitkan prestasi siswa. Coba saja!

(*Pemerhati Pendidikan, Guru MAN Muara Bulian dan Dosen STAI Muara Bulian)

sumber  http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/21/ketika-proses-pembelajaran-kehilangan-humor-517906.html

Siswa Palestina Lebih Pintar Dibanding Siswa Indonesia

Siswa Palestina Lebih Pintar Dibanding Siswa Indonesia
Anak-anak Palestina di Gaza City in seakan tak terimbas oleh serangan udara Israel pada Selasa malam hingga Rabu dini hari.

 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Komisi X DPR RI Rohmani prihatin atas publikasi "Trends in International Mathematics and Science Studies" (TIMSS) terkait urutan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII di Indonesia berada di bawah Palestina. Dalam publikasi tersebut, katanya melalui pernyataan di Jakarta, Ahad, Indonesia menempati urutan ke-38 dari 42 negara.

Ia menyatakan, yang membuat miris, Indonesia berada di bawah Palestina, negara yang didera konflik berkepanjangan. "Sungguh kita prihatin melihat urutan Indonesia. Di bawah kita negara-negara seperti Ghana, Suriah dan Oman," kata legislator asal daerah pemilihan Brebes-Tegal itu.

Karena itu, kata dia, pemerintah harus menjadikan publikasi TIMSS ini sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pendidikan nasional. Ia berharap hasil publikasi ini mendorong pemerintah lebih cermat dalam memotret persoalan pendidikan nasional.

"Saat ini pemerintah harus jeli melihat akar persoalan pendidikan nasional. Selama ini, akibat kesalahan mendefinisikan akar pendidikan menjadikan solusinya tidak bisa menjawab persolan yang ada," katanya.
Rohmani sendiri berpandangan episentrum perbaikan pendidikan nasional ada pada guru. Dia menilai, guru menjadi titik awal dalam menyelesaikan persoalan pendidikan.

Redaktur: Abdullah Sammy
Sumber: Antara
 

Guru Kreatif dan Tradisi Menyontek

Dalam setiap tahun kasus siswa menyontek selalu saja ada di setiap sekolah di manapun berada. Tidak perduli tingkat pendidikan sekolah dasar, menengah pertama ataukah menengah umum dan kejuruan, meski tidak pernah diajarkan sebagai mata pelajaran wajib atau muatan lokal di sekolah tampaknya ada saja oknum siswa yang sengaja menyontek. Entah sebuah tabiat ataukah genetik, sebab kalau boleh berandai-andai bisa jadi anak-anak yang menyontek hari ini adalah anak dari orang tua yang di masa sekolahnya juga menyontek. Tetapi, meski tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan uji laboratorium, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa kita sadari keterampilan anak dalam menyontek semakin saja terasah. Betapa tidak, sebut saja seorang siswa SD yang menyontek di tahun pertama dia bersekolah dan hal tersebut dilakukan berulang, maka setidaknya dia akan memiliki ketrampilan yang diasahnya sendiri dalam waktu 6 tahun. Jika hal ini berlanjut di SMP maka akan bertambah 3 tahun, jika berlanjut lagi di SMA maka akan bertambah lagi 3 tahun.

Tanpa memandang tingkat pendidikan dan tanpa memandang label suatu sekolah, perilaku menyontek tetap saja ada. Seperti apa yang terjadi di tiap ujian sekolah di sebuah sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Dan tepatnya pada ulangan tengah semester tahun ini, sejak hari pertama selalu saja ditemukan siswa menyontek disetiap ruang ujian. Selain memberi bukti bahwa perilaku menyontek tidak memandang label sekolah, peristiwa ini juga memberi bukti bahwa label sekolah belum tentu mencerminkan kualitas siswa dan mutu pembelajaran didalamnya. Tentu hal ini bukan sebuah prestasi melainkan ironi dari sekolah yang menyatakan dirinya sebagai sekolah bertaraf internasional atau sekolah lain yang ada pada umumnya. Seperti menjadi kecenderungan umum atau tradisi, anak sekolah hari ini yang apabila tidak “menyontek” tidak trendy, dan mereka yang tidak memberikan “contekan” bukan hanya akan dimusuhi tetapi akan terancam tidak punya teman.

Menciptakan Pilihan

Tentu masih segar di ingatan kita dengan peristiwa yang dialami Ny. Siami dan Alifah Ahmad Maulana pada tahun 2011 lalu. Hanya karena membocorkan skenario pencontekan masal yang terjadi pada saat Ujian Nasional (UN) di SDN Gadel II Kecamatan Tandes Surabaya, tempat sekolah anaknya, Ny. Siami dan keluarganya terpaksa harus diusir dari rumahnya dan diancam dikeluarkan dari sekolah. Pengusiran dan teror tersebut dilakukan oleh para orang tua murid yang merasa tindakan Ny.Siami akan mengakibatkan diberlakukannya ujian ulang bagi anak-anak mereka.

Sebenarnya terdapat kasus menyontek bukan hal baru di Indonesia, penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku menyontek dilakukan siswa diantaranya oleh Alma (dalam Kushartanti, 2009) yang mengungkapkan bahwa 100% siswa pernah menyontek dalam ujian. Lebih separuh diantaranya sering dan seringkali menyontek. Penelitian lain pada siswa SMA di Surabaya menyebutkan bahwa 80% siswa pernah menyontek, 52% sering dan 28% jarang. Media yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah teman 38% dan meja tulis 26% (Khotimah, 2009). Mengapa ini bisa terjadi ?

Kita semua pernah sekolah, demikian pula anak-anak kita. Diantara anak-anak itu tentu saja ada yang berotak encer dan tak banyak menemui masalah. Namun harus diakui semakin hari sekolah semakin menakutkan bila ujian tiba, bukan hanya murid yang stress, guru dan orang tua pun gelisah. Mungkinkah semua persoalan itu terletak pada sistem pendidikan yang disebut Vicki Abeles sebagai sebuah “Race to No Where”. Perlombaan besar yang muaranya, tidak jadi apa-apa juga. Hidup kita jadi terbalik-balik. Yang sekolahnya dilalui dengan penuh kesungguhan bisa tak jadi apa-apa sedangkan yang sekolahnya main-main malah bisa menjadi pejabat, politisi terkenal, atau bahkan pengusaha besar. Sulit kita melawan buku-buku populis yang mengajarkan cara-cara jalan pintas, cara “goblok”nya Bob Sadino berwirausaha atau bahkan keluguan seorang motivator yang menyebutnya dengan judul besar di cover depan buku karangannya:  “The Power  of Malas”. Sungguh, ini sangat sulit!  Mengapa sulit?  Tentu bukan karena sekolah tidak penting, melainkan ada yang salah.

Pengalaman saya sebagai pendidik menemukan, anak-anak yang pintar di sekolah belum tentu pintar di masyarakat. Dan kegagalan terbesar justru terjadi pada anak-anak yang dibesarkan dalam persekolahan menghafal. Padahal menurut Renald Kasali “memorizing is not a good thinking”. Menghafal bukanlah cara berpikir yang baik. Maka dari itu, mata pelajaran yang terlalu bersifat menghafal perlu kita renungkan kembali, dan guru-guru pun harus dilatih ulang. Sebab mereka sendiri telah dibentuk oleh sistem pendidikan menghafal yang sangat merisaukan. Guru dan murid harus berubah, dari menghafal menjadi berpikir.

Melatih manusia berpikir adalah masalah mendasar yang perlu dipecahkan dalam sistem pendidikan nasional. Berpikir yang baik akan menghasilkan karya-karya besar, meski beresiko tersesat. Tetapi bukankah hanya orang tersesat saja yang berpikir? Hanya orang-orang berpikirlah yang tidak mudah tertipu yang tidak menjadi manusia sempit yang picik, yang tidak memikirkan diri atau kelompoknya sendiri, dan tentu saja orang yang berpikir akan menjadi manusia kreatif. Pilihan yang harus dipilih bukan hanya mata ajaran yang harus diperbaiki, teknik mengajar dan isi mata pelajaran pun perlu disempurnakan serta termasuk cara berpikir guru dan orang tua.

Perubahan pola pikir guru dan orang tua dimulai dengan memandang persoalan menyontek bukan sebagai benar atau salah. Persoalan menyontek tidak ada akan selesai dengan memberikan sangsi atau sekedar membuat surat pernyataan yang kemudian ditempel di setiap dinding sekolah. Pola pikir guru dan orang tua tidak boleh meninggalkan dasar pendidikan sebagai proses kemanusiaan. Jika kita ingin merubah pola pikir kita maka menyontek jangan dianggap sebagai hal biasa dan sederhana. Terlebih dengan beragam fakta penelitian dan pemberitaan, maka lebih tepat apabila menyontek merupakan persoalan kompleks yang terbentuk karena minimnya pilihan dari proses pembelajaran yang serba seragam.  Soal ujian yang lebih membutuhkan hafalan, dari sekedar penalaran yang merangkai beragam informasi harus diakui turut memberikan kontribusi. Sehingga, perubahan pola pendidikan dari menghafal menjadi berpikir dengan sendirinya akan memberikan pilihan baru bagi siswa untuk tidak menyontek pada tahap awal.

Kreatif dan bernilai

Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi hari ini tentunya pengetahuan sebagai keluaran proses pendidikan tidaklah cukup. Sebab, baik guru, sekolah dan orang tua tidak dapat memperkirakan dengan pasti pengetahuan apa yang dibutuhkan dimasa depan. 

Hasil penelitian terakhir tentang masyarakat intelektual di tengah era informasi modern sekarang, menyebutkan bahwa seorang individu harus dapat menyerap informasi sebanyak 820.000 kata per minggu atau  minimal setiap hari ia harus membaca antara 4—6 jam. Dengan dasar inilah mengapa “tradisi hafalan” dalam pendidikan kita menjadi tidak relevan pada hari ini. Anak-anak di sekolah harus dibekali dengan kemampuan untuk mengelola beragam informasi sebagai sebuah jawaban persoalan. Untuk itulah konsep pendidikan yang selama ini diterapkan sekolah yang hanya melibatkan elemen guru dan siswa harus dirubah. Menurut Yu Sien Lien (2011) konsep pendidikan yang harus coba diterapkan adalah konsep pendidikan kreatif (creative pedagogy).

Konsep pendidikan kreatif (creative pedagogy) berkembang seiring penelitian yang membuktikan bahwa kreativitas yang selama ini dipersepsikan sebagai bakat alam ternyata dapat dibentuk melalui beberapa strategi. Kreativitas yang dimaksud bukan saja kreativitas “seni’ tetapi juga kreatifitas penyelesaian masalah (problem solving). Oleh sebab itu dalam pendidikan kreatif (creative pedagogy) melibatkan tiga hal, pengajar yang kreatif (teaching for creativity), materi dan teknik pengajaran kreatif (creative teaching) dan pembelajaran kelas yang kreatif (creative learning). Sehingga pada gilirannya pembelajaran dan pengajaran tidak sebatas pada transfer pengetahuan tetapi transfer nilai dan keterampilan hidup (life skill). Merujuk pada komitmen pendidik masa depan untuk tidak memaksakan pembelajaran yang hanya bermuatan kognitif saja, namun lebih aplikatif sejalan dengan konsep pembelajaran UNESCO sebagai learning to learn critically, learning to do creatively, learning to work together constructively, dan learning how to be wise. Agar output pendidikannya tidak hanya mampu bersaing dimasa depan tetapi juga memberi kontribusi positif terhadap masyarakat.

Di sekolah kita, pendidikan kreatif tentu bukan hal yang baru, tetapi banyak di antara kita yang menganggap bahwa aspek kreatif hanya sebatas pada teknik, metode dan keterlibatan anak dalam pembelajaran. Padahal menurut Yu Sien Lien (2011), pendidikan kreatif berkaitan erat pula terhadap kualitas guru dan lingkungan sekolah. Dengan prinsip inilah sekolah harus memperlakukan anak-anak yang menyontek sebagai potensi kreatif yang perlu diarahkan. Sehingga sangsi yang diberikan jangan sampai meninggalkan trauma psikologis dengan mempermalukan siswa yang bersangkutan. Pemberian sanksi harus diubah lebih kreatif dengan tanpa meninggalkan proses transfer nilai dari guru, yang dapat ditempuh dalam beragam penugasan sebagai bentuk pendampingan perilaku. Untuk pelaku tindakan menyontek, guru harus mengingatkan siswa tentang pentingnya membangun integritas diri terkait kepercayaan orang lain kepada kita. Transfer nilai merupakan wujud peran penting sekolah dan guru sebagai penegak tatanan nilai didalam masyarakat.

Pendidikan kreatif membutuhkan lebih dari sekedar guru yang pandai dan tegas memberikan sanksi kepada siapa saja yang melanggarnya. Guru yang kreatif harus memiliki segudang cara untuk membangkitkan potensi anak didiknya. Pelaksanaan pendidikan kreatif harus syarat dengan nilai kemanusiaan, sebab hal yang tidak bisa diubah adalah setiap individu memiliki potensi yang sama untuk menjadi kreatif. Tidak terkecuali bagi pelaku tindakan menyontek, sebab prinsip kemanusian disekolah berarti memberikan ruang seluas-luasnya bagi setiap anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.


Referensi:
Robina Shaheen. 2010. Creativity and education. Creative Education 2010. Vol. 1. No. 3

Yanur Setyaningrum. 2011. Jihad Melawan Ketidakjujuran Akademik; Tantangan Guru Muhammadiyah  http://yanursetyaningrum.guru-indonesia.net/artikel_detail-21399.html

Yu-Sien Lin. 2011. Fostering Creativity through Education-A Conceptual Framework of Creative Pedagogy. Creative Education 2011. Vol. 2. No. 3

sumber  http://netsains.net/2012/12/guru-kreatif-dan-tradisi-menyontek/

Thursday, December 20, 2012

Puding Roti Pisang





Bahan :

- 6 lembar roti tawar, dipotong-potong
- 100 ml sirup melon
- 100 ml air
- 3 butir telur, dikocok lepas
- 200 gram pisang tanduk, dipotong kotak
- 30 gram meises cokelat

Cara Membuat :

1. Aduk rata potongan roti tawar, sirup melon, air, telur, potongan pisang tanduk, dan meises cokelat.
2. Tuang di pinggan tahan panas 18x18x5 cm yang dioles tipis margarin.
3. Kukus 25 menit di atas api kecil sampai matang. 

sumber 

Creamy Bolognese Fries


 
 Creamy Bolognese FriesBaik itu sebagai camilan menonton DVD, menonton pertandingan bola, atau saat menjamu acara kumpul-kumpul di rumah, kentang goreng selalu jadi pilihan yang oke. Selain membuatnya mudah, modalnya pun murah.

Namun jika Anda merasa kentang goreng terlalu biasa dan membosankan, coba variasi kentang goreng Creamy Bolognese Fries ini, yang biasa ditemukan di menu-menu berbagai kafe. Cara membuatnya juga mudah, bisa dilakukan bahkan oleh Anda yang tak biasa berada di dapur.


BAHAN-BAHAN:

600 gram kentang, diiris lurus
100 gram daging giling    
60 gram jamur champignon (1 butir dipotong jadi 4)
5 sendok makan kacang merah
Krim keju secukupnya
1 sdk makan tomato paste   
1 buah tomat segar, direbus, angkat, buang kulitnya, blender
4 sdk makan saus tomat
½ buah paprika dipotong dadu
40 gram bawang bombay dipotong dadu
10 gram bawang putih diiris tipis
1-2 sendok teh (sesuai selera) lada putih bubuk   
Garam sesuai selera
Bubuk kaldu ayam sesuai selera
Minyak goreng secukupnya
Air secukupnya


CARA PEMBUATAN:
(Dimasak dengan api kecil dan wajan antilengket).

1. Masukkan minyak goreng secukupnya, jangan terlalu banyak, ke dalam wajan. Tunggu hingga agak panas, kemudian masukkan bawang bombay dan paprika yang sudah dipotong dadu, dan bawang putih yang sudah dicincang. Biarkan hingga harum.

2. Masukkan daging giling yang telah dicuci dan disaring, aduk hingga merata. Tambahkan garam secukupnya, lada bubuk, dan garam sesuai selera. Aduk hingga daging berubah warna.

3. Masukkan tomat segar yang telah direbus, dikupas kulitnya, dan diblender, dan masukkan pula tomato paste dan saus tomat botol. Aduk hingga rata dan masukkan air sekitar 500 ml, aduk hingga mengental dan paprika layu. Jika paprika belum layu, dapat dimasukkan air kembali.

4. Masukkan kacang merah, aduk hingga rata dan saus meletup-letup, kemudian matikan api kompor.

5. Goreng kentang hingga berwarna agak kekuningan, angkat, tiriskan, lalu taburi garam dan bubuk kaldu ayam sesuai selera. Setelah itu, lumuri bagian atas kentang dengan krim keju, lalu taburkan bumbu saus merah yang sudah jadi, dan berikan taburan bawang bombay yang dipotong dadu.

Resep ini untuk 3 porsi.

Monday, December 17, 2012

mitos Kecantikan Wanita

Bagi remaja di Korea, kecantikan adalah hasil usaha keras, bukan bawaan lahir. Siapa saja yang wajahnya tak menarik, ia tidak akan mendapat apa-apa dalam hidupnya. Mereka yang berwajah biasa-biasa saja, mengubahnya dengan jalan operasi plastik sehingga jadi cantik dan menarik. Efeknya, dia menjadi artis: terkenal dan kaya.

Impian para remaja ini mewabah ke segala penjuru. Kebanyakan wanita berlomba-lomba menjadikan dirinya cantik. Mulai dari sedot lemak, diet yang berlebihan, sampai mengoperasi plastik wajahnya dengan berbagai risiko tentu saja. Dan uang yang harus mereka keluarkan tidaklah sedikit. Lalu dengan semakin banyaknya orang yang mereparasi bentuk tubuh dan wajahnya apakah ini artinya Allah telah melakukan kesalahan dalam penciptaan manusia?

Seseorang yang diberikan rambut keriting, hidung tidak mancung, kulit tidak putih, badan besar, mata sipit, dagu tidak lancip dan sebagainya apakah lantas Allah tidak bisa menciptakan bentuk yang lebih sempurna agar manusia tak perlu bedah plastik segala?

Subhanallah, Allah adalah Sang Pencipta, yang telah menciptakan makhluk-Nya dalam sebaik-baik bentuk.

“Sungguh Kami menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.” (QS. at-Tiin:4)

Allah swt begitu jelasnya menyatakan bahwa manusia telah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Sempurna, meski tidak sepatuh malaikat. Artinya, bagaimanapun keadaan kita, itu sudah sempurna sesuai proporsi masing-masing. Guru SMP saya pernah berkata kepada semua muridnya dalam satu pertemuan, “bisa jadi kalau hidung kamu mancung, kamu jadi jelek. Berarti kamu sudah pas begini.”

Mengubah bentuk tubuh dan wajah untuk alasan kecantikan adalah tindakan yang dibenci Allah, sebab itu adalah tanda bahwa kita tidak bersyukur atas anugrah yang telah diberikan oleh Allah swt. Bukankah hidup ini mudah kalau kita qonaah atas apa yang ada? Sebaliknya, hidup akan susah kalau terus memikirkan kepuasan diri. Sangat menyiksa diri, kalau untuk memutihkan kulit harus rela tubuhnya tersiksa dan mengeluarkan uang jutaan rupiah.

Selain itu, Allah melaknat siapa saja yang mengubah ciptaan-Nya.

“Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah.” (H.R Muslim No:3966.)

Tenanglah, semua manusia kedudukannya tidak diukur dari kecantikan dan ketampanannya, melainkan ketaqwaannya.

Allah swt berfirman:
“Hai manusia. sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat:13)
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada fisik maupun bentuk kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (HR. Muslim no. 1987)

Cantik yang sifatnya lahiriah tidak akan bertahan lama. Ia akan terkikis seiring berjalannya waktu. Wajah yang cantik akan luntur, dan itu tiada berguna lagi. Hanya ketakwaan yang bisa menyelamatkan manusia kelak di akhirat. Bukan kecantikan, kekayaan atau ketenaran.Wallahu a’lam. [Yu.As]

sumber  http://www.cintaquran.com/inspirasi-alquran/mitos-kecantikan-wanita/?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+CintaQuranID+%28Belajar+Baca+Quran+|+Terjemah+Quran+|+Bahasa+Arab%29

Thursday, December 13, 2012

Membina Keluarga Sakinah-Mawaddah-Warahmah (Kisah inspiratif Kang Aher & Teh Netty)



Contoh keluarga idaman Pengalaman pribadi Ahmad Heryawan dan Netty Prasetiyani membangun keluarga yang sekarang masuk 21 tahun perjalanannya (diceritakan oleh ibu Netty Prasetiyani di twitternya Tweet on 01 Desember 2011:

1, Pernikahan yang kami bangun berdiri di atas visi bahwa pernikahan yang dilakukan berdimensi dunia dan akhirat.
2, Artinya, pasangan (suami/istri) di dunia harus menjadi pasangan (suami/istri) di akhirat/kehidupan setelah kematian kelak.
3, Dengan prinsip itu, kami berpikir bahwa tidak boleh ada masalah besar apalagi masalah kecil yang mampu memporakporandakan keluarga kami.
4, Apakah tidak pernah ada masalah? Pasti ada, hanya kita punya kesepakatan bahwa satu sama lain harus berusaha menyelesaikan masalah.
5, Caranya, apapun masalahnya serta siapapun yang memulai, masing-masing harus proaktif mengakhiri dengan cara saling berlomba menyapa lebih dulu.
6, Jadi, tidak ada yang pernah kuat berlama-lama mendiamkan/bermusuhan apalagi dituntaskan sampai 3 hari sebagaimana yang dibolehkan.
7, Suami saya berprinsip bahwa menikah bukan untuk membuat istri sengsara, sedih, tertekan, dan sebagainya. Justru berniat ingin membahagiakan.
8, Akhirnya, pola relasi yang dibangun adalah kemitraan atau taawun (prinsip saling tolong-menolong) sebagaimana yang disebut di dalam Al-Quran.
9, Oleh karena itu, kelancaran komunikasi selalu dibangun. Tidak boleh ada hambatan berkomunikasi antara suami-istri.
10, Ehem, makanya tidak pernah berlalu satu haripun, kecuali ungkapan "I love you" dari mulut masing-masing baik dari saya maupun suami.
11, Ada fleksibilitas dalam membagi peran di rumah. Tatkala tidak ada yang membantu saya mengerjakan pekerjaan RT, suami turun tangan.
12, Setiap pulang beraktivitas/mengajar malam hari, suami mencucikan pakaian kami sekeluarga. Esok hari, saya tinggal menjemurnya.
13, Ketika saya sakit atau sibuk menyiapkan keperluan anak-anak bersekolah, suami langsung mengantri bersama ibu-ibu di tukang sayur untuk berbelanja.
14, Suami juga terbiasa memandikan dan menyuapi anak-anak di pagi hari. Anak-anak suka disuapi bapaknya karena potongan lauknya besar.
15, Setiap kali saya melahirkan, suami saya dengan setia mendampingi di sisi, baik mengusap saat kontraksi atau membesarkan hati.
16. Suami berpendapat bahwa mendampingi istri saat melahirkan akan menambah rasa cinta dan hormat kepada istri dan kaum perempuan lainnya.
17, Termasuk dalam mengasuh dan membesarkan anak, saya dan suami biasa berbagi tugas. Jika saya sibuk, suami yang kontak dan memantau anak-anak.
18. Sebagai bapak, suami punya prinsip yang sangat melegakan bahwa anak terus tumbuh dan berkembang. Jangan pernah underestimate terhadap anak.
19, Anak-anak tak pernah dibebani dengan prestasi akademis lewat urutan ranking. Jika ambil rapor yang ditanya bagaimana akhlak anak di sekolah.
20, Prinsip kami dalam membesarkan dan mendidik anak dengan 3 pendekatan: otoritatif, demokratis, dan edukatif.
21, Otoritatif: sesekali kami gunakan otoritas sebagai orang tua tapi tidak semua urusan harus diselesaikan dengan gaya atasan-bawahan.
22, Demokratis: sesekali kami berikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihan-pilihannya secara sadar dan bertanggungjawab.
23, Tapi perlu juga pendekatan edukatif; kami harus memberikan penjelasan, pengertian, dan alasan mengapa ini boleh, itu tdk boleh, dan lain-lain.
24, Jadi, tradisi berdiskusi, berdialog, sudah terbangun diantara anggota keluarga, suami, istri, orang tua dan anak sejak dini.
25, Sebagai contoh, si sulung memutuskan masuk IPS (waktu SMA), bapaknya tidak setuju, ia menjelaskan dengan detil alasannya, akhirnya kami menerima.
26, Dengan nilai-nilai (agama) yang ditanamkan, anak-anak pun tumbuh menjadi anak-anak yang sederhana, mandiri, dan terlibat dalam kegiatan orang tuanya.
27, Saya dan suami belajar dari karakter anak-anak yang satu sama lain berbeda, yang laki dan perempuan, yang sulung, tengah, dan bungsu.
28, Anak-anak tidak pernah memaksa untuk dibelikan sesuatu karena tuntutan status atau lingkungan pergaulan. Mereka menerima uang saku sesuai kesepakatan.
29, Jika diberikan lebih, mereka menolak. Setiap kali diberi tambahan oleh si bapak, anak-anak bertanya apakah asal uang tersebut halal? >>> subhanallah..
30. Suami sangat mendukung aktualisasi diri untuk saya, istrinya sehingga sampai hari ini saya didorong untuk menyelesaikan studi S3.
31, Saya dan suami saling belajar, suami tak sungkan bertanya dan meminta pendapat karena yang terpenting satu sama lain saling menghormati.
32, Begitulah selama ini perjalanan keluarga kami, tak ada yang istimewa namun semua kami jalani dengan satu harapan terindah.
33, Yaitu, berkumpulnya kembali saya, suami, dan anak-anak sebagai satu keluarga utuh di akhirat kelak. >>> Aamiiin
34, Masih banyak sebenarnya sisi-sisi lain dari bangunan keluarga kami, insya Allah akan saya sambung dengan topik yang berbeda.
35, Sebagai introduksi saja, si sulung sekarang menimba ilmu di Fisip UI jurusan Ilmu Politik, yang kedua di ITB Jurusan SBM, adiknya di SMA 3.
36, Yang lainnya, di SMP dan SD Mutiara Bunda. Hatur nuhun sudah menyimak. Mohon nasihat dan masukan untuk keharmonisan yang lebih indah.
37, Masih banyak pasangan/ortu yang senior/sepuh, harmonis, dan berhasil mendidik anak, kami masih harus terus belajar.


Wednesday, December 12, 2012

:: Anak Kecil yang takut Neraka ::


Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, pada saat dia berjalan-jalan dia melihat seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis.
Lalu orang tua itu mendatangi anak kecil yang menangis tadi, dia pun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?"


Maka berkata anak kecil itu, "Wahai paman, saya telah membaca ayat al-Qur'an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang bermaksud, " Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka."


Berkata anak kecil itu, "Wahai paman, paman adalah orang yang berakal, tidakkah paman lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar terlebih dahulu sebelum orang dewasa yang dibakar."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguhnya anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"

:: Kebanggaan AYAH ::

Oleh: Ustadz Bobby Herwibowo
Bakri diundang ke sekolah anaknya untuk menghadiri peringatan 'Hari Ayah'. Sebenarnya, dia sangat enggan untuk datang karena merasa sudah tua dan memiliki empat anak.

Bahkan, anak tertuanya sudah masuk kuliah. Namun, istri dan anaknya yang keempat mendesaknya untuk datang ke sekolah.

Setiba di sekolah, para ayah kemudian dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menyaksikan penampilan anak-anak mereka menunjukkan kemampuannya. Ada yang menyanyi, menari, menulis, baca puisi, pidato dalam bahasa asing, dan lainnya.

Setiap selesai penampilan, para ayah ini bertepuk tangan sebagai tanda kegembiraan atas kemampuan anaknya. Bakri hanya membatin bahwa dia juga demikian, saat anak pertamanya melakukan hal itu.

Karenanya, ketika tiba giliran anaknya yang bernama Umar, Bakri tampak biasa-biasa saja. Ia menduga, Umar akan menampilkan hal serupa dengan penampilan kawan-kawannya. Namun, dugaannya meleset.

Saat ibu guru sekolah menanyakan kepada Umar akan penampilannya, Umar menjawab bahwa dia ingin tampil bersama Ustaz Amir, guru ekstrakurikuler membaca Alquran di sekolah itu.

Umar mengatakan, ia akan membaca Surah al-Kahfi. Sadar akan jumlahnya banyak (110 ayat), ia meminta Ustaz Amir memilihkan ayat yang akan dibacanya. Saat diminta membaca ayat 1-5, dengan lancar Umar membaca. Dan yang luar biasa lagi, ternyata bacaan Umar sangat indah.

Ia meniru Muhammad Taha al-Junaid, seorang qari cilik yang terkenal dan sering didengar suaranya oleh Umar. Bacaannya begitu tenang dan penuh kedamaian. Kemudian, Ustaz Amir memintanya untuk membaca ayat ke-60. Dan dengan lancar, Umar membaca dengan suara yang juga sangat merdu serta menenangkan jiwa.

Kini, semua mata para ayah tertuju pada Umar. Mereka semua sangat kagum akan kemampuan Umar. Mata para ayah tampak berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap anak-anak mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri, ayah Umar. Ia yang tadinya tak sepenuh hati datang ke sekolah, kini tampak bersemangat.

Belum selesai, Umar lagi-lagi diminta Ustaz Amir untuk membacakan ayat 107-110 Surah al-Kahfi sebagai penutup penampilannya. Maka, Umar pun membacanya tanpa kesalahan. Begitu selesai, Bakri langsung bangkit dan memeluk Umar. Ia begitu bangga dengan buah hatinya. Para ayah yang menyaksikan hal itu pun tampak terharu dengan derai air mata yang membasahi pipi.

Menyudahi suasana haru itu, ibu guru bertanya kepada Umar tentang alasan dia membaca Alquran untuk ayahnya. Umar menjawab, "Ustaz Amir pernah mengajarkan kepadaku agar rajin membaca Alquran. Dan kalau hafal, orang tuanya akan mulia di akhirat. Aku ingin ayah dan ibuku mendapat kemuliaan seperti itu," jawabnya. Semua yang hadir pun memuji kebesaran Allah.

Bakri kemudian meminta izin untuk memberikan sambutan. "Kita menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik agar bisa mengejar kemajuan dunia. Aku juga demikian. Dengan ambisi duniawi, aku menyekolahkan Umar dengan harapan ia akan memiliki masa depan gemilang. Hari ini aku sadar. Anakku justru telah membuat masa depanku gemilang dengan mempelajari dan menghafal Alquran. Terima kasih, anakku. Maafkan ayah yang lupa mendidikmu untuk mempelajari Alquran."


sumber http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/12/12/mewxmp-kebanggaan-ayah

Tuesday, December 11, 2012

... CATATAN SEDIH SEORANG B.J HABIBIE ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN.

Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan………………

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

“Dik, anda tahu…………..saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..

“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara.

Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara.

Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia.

Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN”.

“Sekarang Dik,…………anda semua lihat sendiri…………..N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini.

Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?”

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

“Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia………….”

“Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….”

“Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?”

“Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun”.

“Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

Pak Habibie menghela nafas…………………..

***

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang).

Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin.

Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG).

Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.

N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

***

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………

“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.

Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam…………… seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………

“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!

2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………

3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia…….

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).

Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.

Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”

***
Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,
Capt. Novianto Herupratomo

***
Cerita itu saya kutip dari notes facebook disini, sebuah renungan yang seharusnya menjadi perhatian bagi kita. Betapa menyedihkan sebuah bangsa yang tak pernah menghargai orang berilmu! Tak pernah memberi kesempatan kepada anak bangsa untuk menjadikan bangsanya mandiri! Entah ada apa dengan negara ini…! Entah dimana mata dan telinga para penguasa diletakkan!

Saya seorang peneliti, yang tahu betul bagaimana kami dilatih untuk bertindak. Bahwa kami harus melakukan segala macam upaya agar output yang dihasilkan adalah output yang QCD!

Tak sekali dua kali proposal yang sudah kami susun berhari-hari bahkan berminggu-minggu mengalami pernyempurnaan di segala sisi? Tak sekali dua kali para evaluator selalu menjadi pendamping kami dalam melaksanakan serangkaian percobaan.

Tak sedikit pikiran dan tenaga kami habis untuk bagaimana selalu menyempurnakan metode hingga output tercapai. Kami juga kadang tak berontak saat kerja bertahun-tahun tapi gaji yang kami dapat hanya setara dengan goyangan ngebor Inul satu jam! dan yang lebih menyedihkan, karya kami hanya mendapat cibiran, jika tidak akhirnya dipinggirkan!

Entah apa yang ada di benak para penguasa negeri ini! sepertinya posisi orang berilmu memang sudah tak lagi mendapat tempat, jadi siapa yang salah jika akhirnya mereka mencari tempat lain?

Dan saya perempuan, dan seorang muslimah. Maka apapun profesi saya, saya tetaplah muslimah dan perempuan. Seseorang yang mendapat kehormatan dan kemuliaan menjadi seorang Ummu warobatul bait, Istri sekaligus Ibu dan pengatur rumah tangga.

Maka jika aktivitas dan profesi yang kutekuni menjadikanku abai terhadap peranku, aku akan meninggalkannya dan memilih tempat yang lebih memuliakanku, yaitu menjadi Ibu dan pengatur rumah tangga. Bukan seorang Ibu semu, yang hanya berperan melahirkan dan memberi makan, tanpa pernah menjadi teladan, pengajar, pendengar dan teman untuk anak-anaknya…

Dan entah apa yang ada di benak para penguasa negeri ini, jika RUU Kesetaraan Gender lalu diketok palu menjadi UU!… bersiaplah menjadi orang-orang yang menggoreskan catatan sedih, dengan kebijakan negeri ini…

***
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

8 kebiasaan sehari-hari yang akan buat hidup BAHAGIA



Membahagiakan orang lain harus dimulai dari mulai membahagiakan diri sendiri. 

Kebahagiaan adalah satu-satunya ukuran sejati dari keberhasilan pribadi. Membuat orang lain bahagia adalah ekspresi tertinggi dari kesuksesan, tapi itu hampir mustahil untuk membuat orang lain senang jika Anda tidak bahagia sendiri. Nah untuk membantu Anda mewujudkan hal tersebut, berikut DELAPAN perubahan kecil yang dapat meningkatkan jumlah kebahagiaan dalam hidup Anda:
 
1. Mulailah Setiap Hari dengan Harapan. Seorang yang ingin selalu menjadi lebih baik, ia akan menggantungkan mimpinya dalam sebuah harapan. Kelak, ia akan menggapainya. Oleh karena itu, ketika Anda bangkitdari tempat tidur, membuat harapan dalam pikiran pertama Anda, misalnya "sesuatu yang indah akan terjadi hari ini."



2. Prioritas. Sumber yang paling umum dari stres adalah persepsi bahwa Anda punya terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Daripada terobsesi tentang hal tersebut, pilih salah satunya yang dapat dilakukan hari itu. Hal ini akan menggerakkan Anda lebih dekat ke tujuan Anda. 



3. Berikan Hadiah Kepada Orang yang Ditemui. Hadiah yang dimaksud bukanlah sesuatu yang dibungkus cantik dengan balutan pita. Sebuah hadiah dapat berupa senyuman Anda, kata-kata terima kasih, sikap kesopanan bahkan memberikan anggukan ramah. Dan tidak pernah melewati pengemis tanpa meninggalkan mereka sesuatu. Ketenangan pikiran dapat Anda dapatkan dari sebuah uang receh.

4. Membelokkan Percakapan. Berargumen mengenai politik dan agama kerap membuat seseorang kesal dan kehilangan kontrol emosinya. Ketika topik tersebut mucul kepermukaan, tidak ada salahnya untuk menghindari percakapan tersebut. Anda dapat membelokkan pembicaraan, misalnya dengan mengatakan, “Maaf bisa ganti topik lain, saya suka sakit kepala bila membicarakan hal tersebut”

5. Asumsikan Orang Memiliki Niat Baik. Tidak setiap orang memiliki kemampuan membaca pikiran. Sehingga kita tidak pernah tau mengapa dan ada apa dibalik benak masing-masing orang. Menerka-nerka apa yang ada dibalik pikiran orang akan memberikan kesengsaraan dalam hidup. Lebih baik selalu berasumsi positif kepada orang lain. Karena hal tersebut memberikan banyak kebaikan bagi hati dan jiwa.

6. Santap Sajian yang Lezat dengan Perlahan. Hidup diperkotaan kerap membuat kita dituntut untuk berbuat serba cepat. Meski begitu, setidaknya sesekali mencoba menyantap sesuatu yang benar-benar lezat, seperti sepotong kecil keju atau cokelat impor. Fokuskan pada hal tersebut. Makanlah, rasakan, dan nikmati secara perlahan.


7. Buang Kekhawatiran. Musuh terbesar dari kebahagiaan adalah kekhawatiran. Setelah mengambil tindakan atau keputusan, biasanya pikiran Anda kerap hinggapi kekhawatiran akan apa yang telah dilakukan. Sebaiknya, fokus pada pekerjaan saat berada di tangan Anda. Buanglah pikiran negatif tentang yang mungkin akan terjadi. 

8. Akhiri Hari Anda dengan Rasa Syukur. Tepat sebelum Anda pergi tidur, tuliskan setidaknya satu hal indah yang terjadi. Mungkin sesuatu yang kecil seperti telah membuat anak Anda tertawa atau sesuatu yang besar misalnya telah mendapat kesepakatan kerjasama proyek impian. Apapun itu, bersyukurlah atas apa yang terjadi di hari itu karena hal tersebut tidak akan pernah datang lagi. Selalu bersyukur akan membuat Anda lebih bahagia. (Fida)