Friday, January 3, 2014

Berkumpul Keluarga di Surga


Sebagai hamba-Nya yang telah menikmati keindahan Islam, orang-orang beriman diberikan hiburan tentang kematian. Walaupun kenikmatan dunia hilang, sungguh kehidupan abadi telah menanti, dan kita antri menuju kesana. Insya Allah. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian, mencari segala obat anti-penuaan, pil-pil berkhasiat panjang umur misalnya, naudzubillahi minzaliik, Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Baginda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi, No. 2229)

Satu keluarga itu bernyanyi riang gembira di musim semi tahun lalu, masuk ke mobil mereka, kemudian tampak anak-anak menikmati beberapa snacks, dan orang tuanya mengobrol mesra. Tak sampai semenit kemudian saat mereka memasuki jalan raya, “gedubraak!”, tabrakan maut terjadi, entah kenapa mobil itu menabrak tiang besar lalu ‘menyenggol’ bus panjang yang sedang melaju dari arah berlawanan. Pemandangan itu sangat meyeramkan, kami segera berlalu dari riuhnya situasi jalan raya tersebut, seraya menyebut nama-Mu, ya Allah…

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un… tak ada suami yang mendampingi, juga anak dan keluarga lainnya, persis seperti nasehat ustadzahku dahulu, “Bahwa tak ada tempat kita bergantung setiap waktu, kecuali Allah SWT. Di kala maut menghampiri, kita harus menghadapinya sendirian, tiada mama papa, tiada suami, anak-anak, saudara, siapa pun tak dapat menolong, kita hanya ditemani oleh belaian-NYA.

Cuma Dia yang dapat memudahkan jalan menuju kesana, begitu pun saat memasuki alam kubur, hanya amalan di dunia yang kita bawa.”

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR. Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan)

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai dengan sanad yang shahih dari Jabir bin Atik bahwa nabi saw bersabda,”Mati syahid itu ada tujuh macam—selain perang di jalan Allah—yaitu syahid karena penyakit tho’un, syahid karena tenggelam, syahid karena lumpuh, syahid karena sakit perut, syahid karena terbakar, orang yang mati karena tertimbun reruntuhan maka ia syahid, perempuan yang mati karena melahirkan maka ia syahid.”

Dalam sebuah hadist dinyatakan : “Seandainya dunia itu di mata Allah sebanding harganya dengan sayap nyamuk, pasti Dia tidak memberi orang kafir setetes air pun dari dunia itu”. (HR.at-Tirmidzi).

Orang beriman kalaupun turut berkompetisi atau berjuang di dunia hanyalah sebatas mengikuti secara disiplin aturan main yang telah Allah subhaanahu wa ta’aala gariskan. Mereka tidak mengharuskan apalagi memaksakan hasil. Sehingga bukanlah menang atau kalah yang menjadi isyu sentral, melainkan konsistensi (baca: istiqomah) di atas jalan Allah. Berbeda dengan orang-orang kafir dan para hamba dunia lainnya. Mereka tidak pernah peduli dengan aturan main Allah subhaanahu wa ta’aala. Yang penting harus menang. Prinsip hidup mereka adalah It’s now or never (Kalau tidak sekarang, kapan lagi…?!). Sedangkan prinsip hidup orang beriman adalah If it’s not now then it will be in the Hereafter

Banyak orang yang sangat ambisius mencapai kesuksesan duniawi, namun alih-alih berambisi mereka justru tak memikirkan bagaimana caranya menggapai kesuksesan ukhrawi. Mungkin mereka lupa bahwa kehidupan dunia hanyalah sekejap semata dan kehidupan yang hakiki adalah di akherat nanti.

Padahal bila kita ingat, kita akan berada di padang Mahsyar kelak selama satu hari dalam perhitungan akherat yang lamanya sama dengan 50.000 tahun perhitungan waktu dunia. Maka lamanya kehidupan kita di dunia ini menjadi tak ada artinya apa-apa dibanding lamanya kehidupan akherat bukan?

Maka di kehidupan kita yang sekejap ini manfaatkanlah sebaik mungkin agar kelak kita mendapatkan hasil yang memuaskan. Sudah selayaknya bila setiap nafas yang kita hembuskan adalah nafas ketakwaaan. Setiap jalan yang kita tuju adalah jalan menuju ketaatan kepada Allah swt.

Bayangkanlah kegembiraan kita kelak di yaumil hisab, setelah berpayah-payah melalui proses hisab yang jauh-jauh lebih menegangkan dibandingkan dengan sidang skripsi, ketika kita berhasil menerima catatan amal kita dari tangan kanan, yang artinya kita termasuk golongan orang-orang yang selamat dan berhak mendapatkan surga.

Betapa bahagianya kita, apalagi bila keluarga kita, orangtua kita (yang sama-sama telah menerima catatan dari tangan kanan) telah menunggu kita untuk bersama-sama bergabung dalam kebahagiaan.

“Ayah…Ibu… aku menyusulmu….”

Duhai indahnya…

Subhanallah, inilah kemenangan yang agung itu yang semoga kita semua kelak bisa memperolehnya. Namun ingat bahwa kemenangan agung itu hanya bisa dicapai dengan sebuah kerja keras yang nyata.

“Wahai Manusia…sesungguhnya kamu sudah berkerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.Maka adapun orang yang catatanya diberikan dari sebelah kanan, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali kepada kelurganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira “ (QS Al-Insyiqaq ayat 6-9.)
sumber  silakan klik di sini

No comments:

Post a Comment